KOMPAS.com - Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui startup binaannya Karla Bionics berhasil memenangkan juara di tingkat internasional yakni CYBATHLON-Challenges 2022.
Karla Bionics merupakan startup binaan ITB yang bergerak di bidang tangan palsu prostetik. Dalam kompetisi ini para ilmuwan, peneliti dan penyandang difabel berkompetisi menyelesaikan tugas dengan waktu tercepat dari 4 jenis disiplin yaitu Arm Prosthesis Race (ARM), Exoskeleton Race (EXO), Leg Prosthesis Race (LEG) dan Wheelchair Race (WHL)
Karla Bionics menjadi peserta pertama dari Indonesia untuk mengikuti CYBATHLON Challenges yang berpusat di Zurich, Swiss.
Pada kesempatan kali ini Karla Bionics mengikuti disiplin Arm Prosthesis Race (ARM), untuk menguji "Lengan Prostesis K22BP". Yaitu lengan prostesis yang dikembangkan dengan pertimbangan keterjangkauan sehingga dapat diakses berbagai lapisan masyarakat penyandang disabilitas.
Baca juga: Auto2000 Buka Lowongan Kerja bagi S1 Semua Jurusan, Ayo Daftar
Karla Bionics berhasil meraih juara ketiga bersaing dengan Swedia, Perancis, dan Spanyol di CYBATHLON Challenges 2022.
Kompetisi ini bertujuan untuk menantang tim dari seluruh dunia mengembangkan teknologi alat bantu kehidupan sehari-hari bagi penyandang difabel.
Inventor dan Team Manager Karla Bionics Wildan Trusaji mengatakan, pengguna lengan prostesis, atau dalam kompetisi ini disebut Pilot.
Di ajang tersebut, Pilot dari Karla Bionics yaitu Yayat Supriatna. Yayat erupakan seorang drummer rock penyandang difabel yang telah bekerja sama dengan Karla Bionics untuk mengembangkan lengan prostesis ini.
Pada kompetisi ini, bukan hanya performa teknologi yang diuji, melainkan juga ketangkasan pilot dalam mengendalikan teknologi tersebut.
Baca juga: 4 PTN di Yogyakarta yang Masih Buka Jalur Mandiri, Catat Jadwalnya
Wildan memaparkan, meski teknologi lengan prostesis ciptaan Karla Bionics ini terbilang sederhana dibandingkan para pesaingnya, namun berkat harmonisasi ketangkasan Yayat dan teknologi yang ramah guna, performa perdana Karla Bionics di CYBATHLON Challenge berhasil memukau berbagai pihak di kompetisi tersebut.
"Dengan pendekatan yang sesuai dengan sosial dan ekonomi Indonesia secara fungsi setara dengan teknologi yang berkembang di negara Barat," papar Wildan Trusaji dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (5/7/2022).
Proses pengembangan "Lengan Prostesis K22BP" telah berjalan selama lima tahun dengan fokus dari awal untuk menyelesaikan masalah lengan prostesis yang fungsional dan biaya yang terjangkau.
Wildan mengungkapkan, hambatan terbesar dalam proses pengembangan ini justru terletak pada proses pencarian filosofi utama dari lengan bionik itu sendiri. Selanjutnya menentukan mekanisme lengan bionik yang sesuai.
Baca juga: ITS Buka Prodi Baru Magister Desain Interior, Pertama di Indonesia
Setelah melalui banyak riset dan komunikasi langsung dengan penyandang difabel sendiri seperti Yayat Supriatna mengenai kebutuhan seorang difabel akan lengan prostesis.
Karla Bionics merumuskan bahwa filosofi atau konsep lengan palsu tidak boleh menyerupai lengan biasa agar para difabel tidak perlu menutupi kekurangannya.