Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/07/2022, 19:52 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demi mencegah radikalisme di kalangan mahasiswa, Universitas Brawijaya (UB) resmi merangkul Densus 88 dalam membuat beberapa kesepakatan. Kesepakatan ini, berupa kerja sama antar instansi.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB, Sholih Mu’adi menyampaikan, kerja sama ini sebagai upaya untuk mencegah radikalisme pada ranah mahasiswa.

"UB memiliki jumlah mahasiswa terbanyak di Indonesia, tidak mudah untuk melakukan pencegahan radikalisme sendiri, untuk itu kami butuh dukungan berbagai pihak, mulai dari orang tua, dosen, alumni, hingga kepolisian, Danrem, dan khususnya Densus 88," terang Sholih, dilansir dari rilis UB saat Rapat Pembahasan Perjanjian Kerja Sama dan Deklarasi Anti Radikalisme dengan Densus 88, Kamis (30/06/2022).

Baca juga: UB Raih Posisi Tertinggi Indikator Kerja Utama di Liga PTN-BLU

Kerja sama untuk mencegah radikalisme ini diinisiasi oleh FISIP UB dan akan ditindaklanjuti dengan fakultas lainnya.

Sholih berharap nantinya kerja sama yang disepakati akan diaplikasikan dengan sesuatu yang konkret, seperti pembekalan materi toleransi untuk mahasiswa baru atau kurikulum non SKS.

"Dengan kurikulum non SKS nanti diharapkan semua mahasiswa bisa mendapatkan ilmu mengenai toleransi, tidak hanya sebagian saja. Karena konsep pencegahan ini yang paling penting," kata dia.

Baca juga: Pakar Pemerintahan UB Kasih Pesan Ini untuk 2 Menteri Baru Jokowi

Sementara itu Direktur Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri, Kombes. Pol. Ami Prindani menyampaikan apresiasinya terhadap rencana kerja sama ini.

"Perlu kerja sama secara masif untuk terus menerus memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak sampai terjerumus kepada paham radikalisme. Karena pintu masuk penyebaran radikalisme bisa dari mana saja. Dengan adanya kerja sama ini kami memiliki partner untuk pencegahan radikalisme di dalam kampus," ungkapnya.

Kombes. Pol. Ami Prindani mengatakan kerja sama antara Densus 88 dengan UB merupakan kerja sama pertama kalinya dengan pihak universitas.

"Ini pertama kalinya Densus 88 bekerjasama dengan universitas. Saya optimis upaya ini akan terlaksana dengan baik, dan ke depannya akan kami jadikan model untuk kerja sama dengan perguruan tinggi lainnya dalam mencegah paham intoleran dan radikalisme," ucap dia.

Dia menegaskan, kerja sama pertama dengan UB ini merupakan aspek pencegahan. 

"Sekarang kami masih pembahasan dulu, karena nanti ada bahasa kalimat yang kami perbaiki. Tapi jika FISIP akan menularkan ke fakultas-fakultas lain di UB. Jika ini sukses akan membawa konsep kerjasama ke kampus-kampus yang lain," jelas dia.

Terkait kasus penangkapan mahasiswa UB beberapa waktu lalu, dia menyebut kampus sudah melakukan pencegahan.

"Kami tiap datang ke kampus belum tentu sudah ada yang terpapar radikalisme. Tapi kami juga melakukan pendekatan agar tidak sampai ada yang terpapar paham tersebut," tutur dia.

Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi Prof. Moch. Sasmito Djati menyampaikan, perlunya ada kolaborasi antara perjanjian kerja sama dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di UB.

"Dengan demikian mahasiswa kami bisa mendapatkan fasilitas untuk melaksanakan MBKM di Densus 88, baik untuk magang atau melakukan penelitian, yang pastinya akan bermafaat untuk kedua belah pihak," tegas dia.

Sementara Rektor UB Prof. Widodo menyampaikan, UB memiliki visi menjadi World Class University (WCU).

Untuk itu UB membentuk mahasiswa memiliki global mindset.

"Ini merupakan karakter yang ingin kita tanamkan kepada mahasiswa UB, dan salah satu ciri pola pikir global adalah memiliki sifat menghargai perbedaan. Untuk itu semua civitas academica diharapkan bekerja sama mewujudkan cita-cita UB untuk menjadi SDM yang kompeten pada era global ini," tukas Rektor UB.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com