Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Umpan Balik sebagai “Senjata” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kompas.com - 08/06/2022, 10:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Muhammad Hidayat, M.Ed., B.Ed*

KESUNGGUHAN pemerintah Indonesia meningkatkan kualitas pendidikan harus diacungi jempol, meskipun target-target yang ingin dicapai belum sepenuhnya diraih dengan cepat dan tepat.

Memperbaiki kualitas pendidikan ibarat menaikkan air ke gurun, penuh tantangan. Ada suka dukanya.

Capaian pendidikan di Indonesia berdasarkan penilaian PISA (the programme for international student assessement) 2018 melaporkan bahwa negara ini berada di peringkat ke-74 dari total 79 negara.

Sementara dalam penilaian soal kemampuan matematika dan sains, kita mentok di peringkat ke-73 dan ke-71 dari 79 negara peserta lainnya (Hewi & Shaleh 2020).

Hasil ini membuat insan pendidikan berkesimpulan bahwa kualitas pendidikan kita belum memenuhi standar global.

Berbagai strategi dijalankan oleh pemerintah untuk mengerek hasil PISA sekaligus kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.

Antara lain transformasi kepemimpinan sekolah, transformasi pendidikan dan pelatihan guru, penyederhanaan kurikulum, penerapan standar penilaian global, dan kemitraan dengan daerah dan masyarakat sipil.

Terkait dengan perubahan demi perubahan yang terjadi di dalam kurikulum pendidikan di negeri ini, satu elemen yang sudah saatnya menjadi bagian penting dalam rancangan besar pendidikan kita adalah pemberian umpan balik kepada peserta didik.

Di negara-negara maju dengan kualitas pendidikan yang baik, umpan balik untuk peserta didik telah menjadi bagian penting dari proses belajar mengajar.

Pemberian umpan balik diyakini mampu mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Proses pemberian umpan balik kepada peserta didik merupakan satu pola interaksi sehat antara pendidik dengan peserta didik (Albertos dan Mareels 2010).

Dalam konteks ini, para pendidik perlu merencanakan pengajaran agar memenuhi standar atau kurikulum yang telah dibuat.

Begitu juga dengan peserta didik yang mesti memaksimalkan informasi/koreksi dari pendidik mereka demi performa belajar yang lebih baik lagi.

Ada tujuh prinsip umpan balik yang baik dan dalam praktiknya sangat membantu peserta didik.

Nicol dan Milligan (2006) menulis tujuh poin umpan balik dalam artikelnya “Rethinking technology-supported assessment practices in relation to the seven principles of good feedback practice”.

Tujuh poin tersebut antara lain memperjelas makna frasa “kinerja yang baik” terkait dengan sasaran, kriteria, hingga standar yang diharapkan, menjadi medium bagi siswa mengembangkan potensi yang dimiliki dengan membuat refleksi dan penilaian terhadap kemampuan diri sendiri.

Selanjutnya menyuguhkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh siswa tentang performa belajar mereka, memfasilitasi interaksi antara siswa dan guru, memunculkan keyakinan pada motivasi positif dan kepercayaan diri, menutup kesenjangan antara kondisi hari ini dan kondisi yang ingin dicapai, dan menyiapkan informasi kepada guru yang dapat digunakan sebagai materi acuan ketika merancang model pembelajaran.

Kourgiantakis dkk (2018) juga menyebutkan efek positif dari pemberian umpan balik kepada siswa, yaitu (1) memperluas wawasan, (2) memaksimalkan keterampilan, (3) menghadirkan perspektif yang professional, dan (4) memfasilitasi proses refleksi diri.

Pada kesempatan yang lain, Pearce, Mulder, dan Baik (2009) menyatakan bahwa umpan balik sangat penting sebab berpotensi memajukan sekaligus meningkatkan kualitas belajar dan mengajar.

Hubungan umpan balik dengan penilaian pembelajaran (assessment for learning) juga sangat penting.

Bukan rahasia lagi bahwa penilaian pembelajaran mempunyai tujuan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa, meningkatkan kualitas mengajar pada pendidik dan kualitas belajar peserta didik.

Sehubungan dengan hal ini, Luthfiyyah (2020) menyuguhkan satu ilustrasi yang menarik. Ibarat kata seorang guru ingin membawa murid-muridnya ke suatu tempat (learning goals), maka langkah awal yang mesti dikerjakan yakni memberi tahu muridnya mau kemana.

Di sini, tujuan pembelajaran, berbagai informasi tentang bagaimana mencapai ke suatu tempat tersebut, dan apa kriteria sehingga murid bisa mengklaim diri bahwa mereka telah tiba di tempat tujuan, dijelaskan.

Dengan berbagai informasi yang diperoleh seperti itu, murid secara sadar akan mengerti apa yang harus mereka capai.

Pola interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam konteks pemberian umpan balik sudah pasti bergantung pada situasi di mana praktik itu dilaksanakan.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan pengamatan penulis, pemberian umpan balik kepada peserta didik masih sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali.

Kondisi ini bisa jadi karena memang tidak ada regulasi yang menganjurkan para pendidik untuk melakukan itu.

Berangkat dari fenomena ini, umpan balik baru akan mampu maksimal jika ada instrumen resmi dari pemerintah melalui rancangan besar kurikulum, bahwa upaya pemberian umpan balik sudah saatnya diberikan.

Jika tidak, para pendidik akan melihat ini sebagai aktivitas yang bisa dilakukan berdasarkan insiatif sendiri dan bila dianggap perlu atau tidak dilakukan sama sekali.

Terakhir, di tengah arus besar memperbaiki kualitas pendidik di Indonesia, menempatkan umpan balik dalam proses belajar mengajar menjadi usaha yang rasional dan berpotensi baik bagi meningkatnya kualitas/hasil belajar peserta didik kita.

Semoga isu ini, yaitu memberi umpan balik pembelajaran kepada siswa, menjadi perhatian kita semua, terlebih para pemangku kebijakan.

*Muhammad Hidayat, M.Ed., B.Ed, pendidik, penerima beasiswa LPDP, memperoleh Master of Education di The University of Adelaide.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com