Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiket Naik Candi Borobudur Rp 750.000, Siswa Ayo Belajar Sejarahnya

Kompas.com - 05/06/2022, 21:30 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal dengan Candi Borobudur? Candi yang terletak di Jawa Tengah ini menjadi tujuan pariwisata pengunjung dari dalam maupun luar negeri.

Tapi, apa jadinya jika kini tiketnya naik menjadi Rp 750.000/orang? Tentu bagi masyarakat umum atau lokal ini sangat mahal.

Ternyata, harga tiket ini bukanlah tiket masuk, melainkan tiket naik ke atas Candi Borobudur. Hal ini dibenarkan oleh Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero)/InJourney, Dony Oskaria yang menyebut tiket masuk Candi Borobudur tak berubah.

Baca juga: Candi Ini Berlokasi di Kampus UII, Seperti Apa Sejarahnya?

Harga tiket masuk kawasan candi masih tetap Rp 50.000 per orang untuk wisatawan lokal. Sedang wisatawan mancanegara USD 25.

"Jangan keliru dengan tiket masuk Borobudur, ya. Tiket masuk tetap, tetapi tiket naik ke candi yang dirubah dalam rangka membatasi," kata Dony seperti diberitakan di Kompas.com, Minggu (5/6/2022).

Kenaikan harga tiket ini bertujuan untuk membatasi jumlah pengunjung sehingga kondisi candi sebagai cagar budaya bisa tetap lestari.

Hal itu sesuai yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyebut kapasitas turis yang menaiki candi dibatasi hanya 1.200 orang per hari.

Bagi siswa sekolah apakah sudah paham sejarah Candi Borobudur? Melansir laman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, ini sejarah Candi Borobudur.

Sejarah Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah warisan dunia (World Heritage) terbesar di Indonesia. Ini merupakan candi agama Buddha yang sering digunakan untuk perayaan Waisak.

Yaitu suatu acara ritual dari agama Buddha bersama-sama dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang letaknya di sebelah timur tidak jauh dari Candi Borobudur.

Baca juga: Siswa, Yuk Menguak Sejarah Candi Kedulan dan Frustrasinya Raja

Sampai dengan saat ini tidak diketahui pasti kapan Candi Borobudur tersebut dibangun. Tidak ada catatan yang memberikan keterangan kapan dan siapa pendiri Candi Borobudur.

Meski demikian, para ahli arkeologi telah berpendapat bahwa masa pembangunan Candi Borobudur diduga dari ± tahun 775 M sampai dengan ± 832 M.

Dengan demikian dapat diduga bahwa candi tersebut dibangun atas perintah Raja Visnu, yang dilanjutkan selama pemerintahan Indra dan Samaratungga.

Mengingat bukti-bukti yang ada, kita lebih cenderung untuk mengikuti teori satu dinasti, yaitu dinasti €ailendra. Bila hal ini benar, Visnu dapat diidentikkan dengan Panangkaran.

Mengapa Visnu (nama dewa dalam bahasa Hindu) dipakai oleh seorang Raja Budhis ini dapat dijelaskan oleh prasasti Sragen dan teori Poebatjaraka. Boleh jadi pemakaian nama Visnu sebelum berpindah agama dari Hindu ke Buddha.

Mengenai adanya pergantian aliran Hinayana ke Mahayana, dapat dijelaskan melalui prasasti Sojomerto bahwa Mahayana berasal dari Sriwijaya.

Tetapi masih menjadi pertanyaan kenapa aliran Hinayana yag berkembang pesat pada abad VII, tiba-tiba lenyap begitu saja.

Dan secara tiba-tiba pula aliran Mahayana telah berkembang dengan pesat pula pada abad VIII. Suatu kurun waktu yang dapat dikatakan relatif pendek untuk suatu proses perubahan kebudayaan.

Baca juga: Mendikbud Dorong Candi Borobudur Jadi Cagar Budaya Kelas Dunia

Hal tersebut juga didukung oleh arsitektur Candi Borobudur yang sudah mantap dan maju, tanpa diawali oleh candi-candi lain yang dapat dianggap sebagai prototipenya.

Tiba-tiba saja nenek moyang kita dapat membangun candi Borobudur yang demikian megah dan arsitekturnya unik. Bentuknyapun lain daripada yang lain, tidak dapat dibandingkan dengan candi-candi lainnya manapun juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com