Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca Kasus Eril, Ini Risiko Berenang di Sungai Menurut Pakar Unpad

Kompas.com - 30/05/2022, 09:44 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Anak Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) telah hilang saat berenang di Sungai Aare, Bern, Swiss pada Kamis (26/5/2022). Sampai saat ini, Eril pun belum ditemukan.

Hilangnya Eril sangat disorot masyarakat Indonesia dan menjadi bahan perbincangan publik.

Baca juga: Punya Perut Buncit? Ini Obatnya dari Pakar IPB

Menurut Dosen dan Pengajar Renang di Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad Syawaluddin Alisyahbana, berenang di perairan terbuka, seperti laut, danau/waduk, hingga sungai memiliki risiko lebih besar dibandingkan berenang di perairan terbatas seperti di kolam.

"Kita mungkin tidak mengetahui banyak informasi tentang situasi dan kondisinya, dan bisa terjadi perubahan kondisi yang tiba-tiba," ucap Syawal melansir laman Unpad, Senin (30/5/2022).

Dia menyebut, ada 2 faktor risiko yang wajib diketahui saat berenang di sungai.

Risiko pertama berasal dari faktor alam, seperti adanya arus, kedalaman sungai yang tidak diketahui, kualitas air yang mungkin saja mengandung cemaran, hingga adanya biota (tumbuhan dan hewan) yang berbahaya.

Sementara risiko kedua berasal dari kondisi manusianya, seperti tingkat keterampilan renang, daya tahan tubuh/fisik, hingga faktor kewaspadaan.

Salah satu risiko yang kerap terjadi saat berenang di sungai adalah adanya arus yang tiba-tiba deras.

Satu di antara penyebabnya adalah terjadinya hujan di area hulu yang menyebabkan air sungai menjadi meluap dan bergerak menuju hilir.

Baca juga: Virus Hendra Berpotensi Jadi Pandemi, Ini Kata Epidemiolog Unair

Dosen yang mengantongi sertifikat instruktur selam level internasional dari Association of Diving School International (ADSI) ini mengatakan, ketika dihadapkan pada air sungai yang tiba-tiba deras, perenang harus segera naik ke darat dan menjauhi tepi sungai.

"Jika arus sempat menyeret tubuh kita, maka jangan panik berlebihan. Segera bergerak/berenang untuk mencapai tepi dan jangan melawan arus. Setelah mencapai tepi, segera naik ke darat," papar dia.

Selain itu, jika memungkinkan, mintalah bantuan kepada orang-orang yang ada di darat dengan cara berteriak dan melambai-lambaikan tangan.

"Karena itu, harus ada pendamping yang selalu mengawasi dan mampu menolong saat dibutuhkan, mematuhi aturan yang diterapkan di lokasi, serta menggunakan alat bantu renang seperti pelampung jika dibutuhkan," jelas Syawal.

Syawal mengatakan, berenang merupakan aktivitas yang dilakukan di air dengan menggerakkan anggota tubuh, terutama tangan dan kaki, agar tidak tenggelam.

Aktivitas berenang sendiri memiliki tujuan bermacam-macam.

Mulai dari olahraga prestasi, rekreasi, terapi penyembuhan hingga menjadi pekerjaan.

Meski umum dilakukan, masih banyak orang yang tidak mempersiapkan diri dengan baik saat akan berenang, seperti tidak melakukan peregangan/pemanasan sebelum masuk ke dalam air, memaksakan teknik yang tidak dikuasai, hingga kurangnya kewaspadaan.

Baca juga: Mahasiswanya Ditangkap Densus 88, UB Buka Suara

"Kurangnya persiapan akan meningkatkan risiko kecelakaan saat berenang," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com