Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Senang Belajar, Intip Metode Belajar Guru Asal Salatiga dan Yogyakarta

Kompas.com - 28/05/2022, 16:42 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Munajat adalah seorang Dosen di IAIN Salatiga dan Pengajar di Pesantren Panti Asuhan Darul Hadlanah dan Salafiyah Salatiga, Jawa Tengah.

Pada 2019, ia pertama kali mengenal dan mengajarkan Computational Thinking (CT) kepada santri atau muridnya di Pesantren Darul Hadlanah dari kelas 1 SD sampai dengan 12 SMA.

Selain itu, Munajat juga mengajar delapan anak jalanan yang belum pernah mengenyam pendidikan formal sebelumnya, dari rentan usia 8-14 tahun.

Mengajar murid yang belum pernah sekolah formal sebelumnya tentu menjadi tantangan yang tidak mudah bagi Munajat, para murid ini tampak lebih mudah lelah dan hilang fokus di banding murid pada umumnya.

Ia pun menerapkan kegiatan computational thinking dengan memberikan 1-2 pertanyaan dengan metode gambar dan kegiatan sebagai pemanasan sebelum dan setelah kelas sebenarnya.

Hasilnya, para murid ini menjadi lebih semangat dan fokus belajar.

Baca juga: Orangtua, Ini Dampak Bila Sering Memarahi Anak Saat Belajar

Florentina Sita Puspitasari, pengajar di Olifant School, Yogyakarta juga menjadi salah satu guru yang menerapkan metode computational thinking.

Sita pun telah mencoba menerapkan metode CT di kelas yang dia ajar, dan menemukan betapa metode ini membantu para murid untuk berpikir lebih kritis dan lebih tertarik untuk belajar.

Keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang didapatkan dengan mengikuti pelatihan CT membantu Sita untuk merancang pembelajaran yang menarik bagi muridnya, sehingga murid tetap semangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran walaupun dilakukan secara online.

Salah satunya, Sita berhasil merancang program kegiatan CT yang di integrasikan dengan program khusus sekolah tempatnya mengajar yang bernama Umbrella Activity.

Ia menjelaskan bahwa dirinta menerapkan metode CT kepada murid kelas 3 SD, pada pelajaran tematik tentang proses metamorfosis hewan dan kaitannya dengan bagian-bagian tanaman.

Baca juga: 5 Cara Efektif Hadapi Anak Malas Belajar, Bukan Dimarahi

Pada kegiatan ini, lanjut dia, murid dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan daun yang sering mereka temui, kemudian menggambarkan bentuk daun dalam imajinasi mereka.

Mereka pun dapat mengurutkan proses metamorfosis pada kupu-kupu melalui gambar yang menarik serta memberikan contoh hewan lain yang bermetamorfosis.

"Dengan menerapkan decomposition, pattern recognition, abstraction, dan algorithm membuat murid menjadi lebih kritis dalam merespon pembelajaran, serta meningkatkan partisipasi aktif murid," jelasnya dalam keterangan tertulis.

Sita menyadari, celotehan-celotehan sederhana yang biasa dilakukan anak dapat diarahkan dengan CT hingga menjadi pengetahuan hidup yang lebih luas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com