Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Film KKN Desa Penari Banyak Ditonton? 3 Faktor Ini Alasannya

Kompas.com - 28/05/2022, 13:07 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kehadiran film KKN di Desa Penari (2022) berhasil menghebohkan industri perfilman tanah air.

Pasalnya, film arahan produser ternama Manoj Punjabi itu sukses meraup 8 juta lebih penonton dalam waktu kurang dari satu bulan penayangan sejak 30 April 2022. Tidak heran, film tersebut mendapatkan gelar Film Horor Terlaris Sepanjang Masa.

Merespons kesuksesan film itu, dosen Kajian Sinema Universitas Airlangga (Unair) Igak Satrya Wibawa mengatakan bahwa popularitas film KKN di Desa Penari menjadi sebuah momen bagus bagi industri perfilman setelah dua tahun menghadapi tantangan pandemi.

“Keberhasilan film KKN di Desa Penari ini menurut saya adalah sebuah momentum yang tepat buat para filmmaker untuk kembali kepada track yang benar,” ucapnya dilansir dari laman Unair.

Baca juga: Film KKN Desa Penari Viral, Dosen Ingatkan Dampak Anak Nonton Horor

Tiga alasan film ini sukses

Igak sapaan karibnya, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan film KKN di Desa Penari. Pertama, utas atau thread Twitter.

Menurutnya, utas Twitter sudah tentu berpengaruh karena bagaimanapun orang sudah mengetahui dan memahami utas itu sama halnya dengan novel atau cerpen yang sukses. Bedanya ini adalah sebuah utas.

Kedua, rasa keingintahuan dan ketidaksabaran penonton untuk mengetahui bentuk visual dari utas viral itu karena film KKN di Desa Penari sempat menunda penayangannya beberapa kali.

“Ada yang bilang penundaan banyak dari marketing. Sebetulnya tidak juga karena memang momennya dalam tanda kutip ‘pas’. Mereka mau tayang, tapi karena pandemi, jadinya banyak larangan. Walaupun kapan hari mau dibuka, tapi tetap terbatas,” jelas Igak.

Baca juga: Mengapa Film Horor Hantunya Selalu Perempuan?

Perihal penundaan penayangan film beberapa waktu lalu itu, kata Igak, produsen bioskop pasti memikirkan soal nilai ekonomi.

“Kalau ditayangkan langsung waktu itu mungkin tidak akan sesukses ini karena orang masih takut pandemi,” ucapnya.

Ketiga, pada saat yang bersamaan tidak banyak film-film Indonesia lain yang muncul. Sehingga momentum ini sangat pas bagi film KKN di Desa Penari.

Oleh karena itu, banyak orang berbondong-bondong untuk menyaksikan film tersebut.

Ketertarikan dengan Tema Horor

Di samping tiga hal tadi, Igak juga menerangkan bahwa tema horor menjadi sebuah pasar di mana sumber-sumber di dalamnya tidak akan habis karena dapat digali secara terus-menerus.

Ketika pasarnya tersedia, maka film horor akan selalu ditonton oleh banyak orang.

“Katakanlah orang Bali dengan kekuatan magisnya, maka mereka merasa dekat secara personal. Termasuk juga setan-setan seperti kuntilanak, genderuwo, pocong, tuyul, atau sejenisnya. Itu bagian dari mitos dan kepercayaan karena kita tahu dan dekat sehingga kita akan berbagi kedekatan secara psikologis juga,” tambah alumnus Curtin University itu.

Baca juga: Pelajar, Ini 8 Film Inspiratif tentang Kemerdekaan

Lebih lanjut, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) itu menjelaskan bahwa film horor cenderung tidak memerlukan usaha berpikir, berbeda dengan film lainnya.

Hal tersebut juga menjadi sebab mengapa film horor digemari banyak orang.

“Ending film horor akan sama. Kita menikmati rasa takut, merasa dikejutkan, setannya akan kalah atau muncul di akhir sebagai suatu yang possible. Itu wajar-wajar saja karena itu memenuhi kebutuhan psikologis penonton yang memang ingin melihat sesuatu, kemudian selesai. Itulah bagian dari adrenalin. Sama dengan film action,” tukas Igak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com