KOMPAS.com - Gelaran SEA games 2022 cabang sepak bola baru saja berakhir. Tim nasional (timnas) Indonesia menempati peringkat ketiga usai mengalahkan Malaysia.
Hal itu menarik perhatian Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Askot Malang sekaligus Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Haris Thofly.
Menurutnya, raihan timnas di ajang tersebut belum maksimal. Maka perlu adanya evaluasi mendalam agar bisa mendapatkan prestasi yang lebih membanggakan.
Baca juga: Pakar UM Surabaya: Cara Membayar Utang Puasa yang Sudah Lama
Apalagi Indonesia sudah lama tidak merasakan juara. Meski begitu, ia percaya bahwa Shin Tae Yong (STY) bisa membawa timnas ke jalur yang benar dan mampu berbicara banyak di kompetisi bergengsi.
“Apalagi, STY kan sering memainkan pemain-pemain muda. Hal itu patut diapresiasi dalam rangka memunculkan bakat-bakat potensial yang bisa berkiprah di liga Eropa dan Asia,” tambahnya, dilansir dari rilis UMM.
Haris, sapaan akrabnya mengatakan bahwa pada dasarnya sepak bola usia dini Indonesia cukup membanggakan.
Namun, masalahnya terletak pada proses junior ke senior. Banyak aspek yang melatarbelakangi fenomena layunya performa para pemain.
Salah satunya yakni profesi sepak bola Indonesia yang belum menjanjikan untuk dijadikan mata pencaharian sehari-hari.
“Sepak bola di Indonesia memang masih belum 100 persen menjadi profesi yang menjanjikan dalam menyambung kehidupan. Terlebih sepak bola di Indonesia masih dalam proses menjadi sebuah industri,” ujar Pembina UKM Sepak Bola UMM itu.
Baca juga: 5 Alasan Pasangan Selingkuh, Ini Penjelasan Sosiolog Unair
Menurutnya, ada banyak tantangan yang harus dihadapi untuk membina sepak bola usia muda.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.