Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM: Sepak Bola Indonesia Belum Menjanjikan buat Mata Pencaharian

Kompas.com - 26/05/2022, 19:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gelaran SEA games 2022 cabang sepak bola baru saja berakhir. Tim nasional (timnas) Indonesia menempati peringkat ketiga usai mengalahkan Malaysia.

Hal itu menarik perhatian Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Askot Malang sekaligus Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Haris Thofly.

Menurutnya, raihan timnas di ajang tersebut belum maksimal. Maka perlu adanya evaluasi mendalam agar bisa mendapatkan prestasi yang lebih membanggakan.

Baca juga: Pakar UM Surabaya: Cara Membayar Utang Puasa yang Sudah Lama

Apalagi Indonesia sudah lama tidak merasakan juara. Meski begitu, ia percaya bahwa Shin Tae Yong (STY) bisa membawa timnas ke jalur yang benar dan mampu berbicara banyak di kompetisi bergengsi.

“Apalagi, STY kan sering memainkan pemain-pemain muda. Hal itu patut diapresiasi dalam rangka memunculkan bakat-bakat potensial yang bisa berkiprah di liga Eropa dan Asia,” tambahnya, dilansir dari rilis UMM.

Haris, sapaan akrabnya mengatakan bahwa pada dasarnya sepak bola usia dini Indonesia cukup membanggakan.

Namun, masalahnya terletak pada proses junior ke senior. Banyak aspek yang melatarbelakangi fenomena layunya performa para pemain.

Salah satunya yakni profesi sepak bola Indonesia yang belum menjanjikan untuk dijadikan mata pencaharian sehari-hari.

Sepak bola di Indonesia memang masih belum 100 persen menjadi profesi yang menjanjikan dalam menyambung kehidupan. Terlebih sepak bola di Indonesia masih dalam proses menjadi sebuah industri,” ujar Pembina UKM Sepak Bola UMM itu.

Baca juga: 5 Alasan Pasangan Selingkuh, Ini Penjelasan Sosiolog Unair

Menurutnya, ada banyak tantangan yang harus dihadapi untuk membina sepak bola usia muda.

Lebih lanjut, salah satu cara melatih anak-anak adalah dengan sering diajak mengikuti turnamen.

Terutama turnamen resmi. Karena hal itu mampu mengasah mentalitas dan teknik. “Bagi saya, yang terpenting anak usia muda minimal harus 25 kali bertanding dalam turnamen resmi” terang Dosen FH UMM itu.

Lebih lanjut, ia menilai bahwa pembinaan usia muda cukup berat. Oleh sebab itu, untuk menanganinya diperlukan pelatih yang sudah memiliki lisensi tinggi, bukan yang berlisensi rendah.

Bahkan hal itu sudah diterapkan sepak bola Eropa sejak lama. Baginya, dasar-dasar sepak bola harus dilakukan dan diterapkan secara benar dengan pelatih yang sudah terbukti secara akademik. Utamanya sejak usia dini.

Selain itu, juga bisa melakukan kolaborasi institusi pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com