Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Undip: Wabah PMK Bukan Zoonosis, Tidak Akan Menular ke Manusia

Kompas.com - 24/05/2022, 13:15 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan saat ini tengah mewabah di Indonesia.

Penyakit ini banyak menyerang hewan ternak dari mulai sapi, kerbau hingga domba atau kambing dan tergolong penyakit akut yang penyebarannya melalui infeksi virus dan mudah menular.

Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Prof. Bambang WHEP membentuk tim Satgas Pengendalian PMK Undip dengan koordinator drh. Dian Wahyu Harjanti.

Salah satu tupoksi Satgas PMK tersebut adalah memberikan edukasi mengenai PMK dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa PMK tidak ditularkan ke manusia (bukan penyakit zoonosis), dan daging serta susu aman untuk di konsumsi.

Baca juga: Beasiswa Jabar Future Leaders Scholarship untuk D3-S3, Cek Syaratnya

Wabah PMK tidak menular ke manusia

drh. Dian menyampaikan penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus (family Picornaviridae) yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap/belah (cloven-hoofed).

Dian menekankan, penyakit PMK ini tidak ditularkan ke manusia atau bukan penyakit zoonosis. Sehingga yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah jangan sampai penyakit ini menyebar antar-ternak yang peka dan jangan sampai manusia menjadi perantara atau penyebar kepada hewan yang peka.

Pada manusia sendiri, tidak menimbulkan penyakit. Namun dampaknya adalah pada hewan peka. Hewan yang peka terhadap PMK adalah sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, babi, unta dan beberapa jenis hewan liar seperti bison, antelope, jerapah dan gajah.

"Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit hewan menular yang paling penting dan paling ditakuti oleh semua negara di dunia. Penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat dan mampu melampaui batas negara serta dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi," urai drh. Dian seperti dikutip dari laman Undip, Selasa (24/5/2022).

Baca juga: 5 Komoditas Unggulan Pertanian Indonesia, Siswa Yuk Belajar

Gejala wabah PMK pada hewan

Ia mengatakan Indonesia pernah mengalami beberapa kejadian wabah PMK, mulai dari masuknya PMK ke Indonesia pada tahun 1887 di Malang, Jawa Timur yang selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Sampai kejadian wabah terakhir di pulau Jawa pada tahun 1983 yang dimulai dari Jawa Timur. Dia mengungkapkan, penyakit ini ditandai dengan beberapa hal, seperti:

  • Pembentukan vesikel atau lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku.
  • Pincang dan bahkan kuku bisa terlepas
  • Hipersalivasi
  • Hewan lebih sering berbaring
  • Pada ternak potong terjadi penurunan bobot badan dan pada ternak perah terjadi penurunan produksi susu yang drastis.

Dian menambahkan, penyakit ini tidak ditularkan ke manusia (bukan penyakit zoonosis). Sehingga daging dan susu aman untuk dikonsumsi. Terlebih lagi, budaya masyarakat Indonesia mengonsumsi daging matang/ yang dimasak.

Melalui proses memanasan hingga bagian tengah daging mencapai 70 derajat celcius selama 30 menit virus PMK akan mati. Selain itu, setelah ternak disembelih, secara alamiah terjadi proses rigor mortis yang mengakibatkan pH daging turun dibawah 5,9.

Berdasarkan penelitian bahwa pada pH tersebut virus PMK inaktif. Sedangkan pada susu, upaya jaminan keamanan dilakukan minimal dengan pasteurisasi pada suhu 72 derajat celcius selama 15 detik.

Baca juga: Cerita Dedy, Ikut UTBK di Unej dengan Kondisi Otot ACL Robek

Daging yang dibeli langsung dimasak hingga mendidih

drh. Dian berpesan apabila masyarakat atau ibu-ibu membeli daging dari pasar, jangan dicuci tetapi langsung dimasak saja hingga mendidih minimal 30 menit.

Hal ini bertujuan, agar jika pada permukaan daging itu terkontaminasi virus, tidak mencemari aliran air dari pencucian daging yang nantinya dapat menginfeksi hewan peka di lingkungan sekitar.

Penyimpanan daging dalam kulkas sangat bagus karena sama dengan proses pelayuan. Namun jika ingin disimpan di freezer atau dibekukan, maka harus direbus dahulu misalnya diungkep dahulu kemudian dibekukan.

Jika ingin menyimpan daging mentah dalam bentuk beku, sebelum dibekukan sebaiknya dimasukkan dahulu didalam pendingin selama 24 jam. Proses ini sama seperti proses pelayuan yang dilakukan dinegara-negara maju dalam pengendalian PMK.

Ketika disimpan di pendingin selama 24 jam artinya daging tersebut sudah melewati proses rigor mortis yang mana pH nya turun dibawah 5,9 dan bisa meng-inaktifkan virus.

Baca juga: 5 Komoditas Unggulan Pertanian Indonesia, Siswa Yuk Belajar

Setelah disimpan selama 24 jam di pendingin, kemudian dapat dibekukan atau dimasak. Upaya yangdilakukan ini adalah untuk hewan-hewan peka di lingkungan.

"Hewan peka tersebut sebagian besar merupakan hewan ternak sumber protein hewani atau daging dan susu yang dibutuhkan untuk mendukung kesehatan dan imunitas tubuh manusia, serta berperan dalam tumbung kembang kecerdasan generasi muda Indonesia," tandas Dian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com