Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Halim Fathani
Dosen

Pemerhati Pendidikan. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang (UNISMA).

Belajar Matematika, Belajar Ilmu Kehidupan

Kompas.com - 22/05/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Polya (1973) mengajukan teori bahwa pemecahan dalam matematika meliputi empat tahapan kegiatan: memahami masalah, merencanakan pemecahannya; menyelesaikan masalah sesuai rencana; dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Untuk tahap pertama adalah memahami masalah. Dengan melakukan pemahaman yang utuh dan lengkap terhadap masalah, maka kita akan mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

Setelah kita dapat memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah.

Kemampuan untuk melakukan tahap kedua ini sangat tergantung pada pengalaman seseorang dalam menyelesaikan masalah.

Semakin memiliki pengalaman yang beragam, maka ada kecenderungan kita dapat lebih kreatif menyusun rencana dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berikutnya, melakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.

Langkah terakhir, melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari tahap pertama sampai tahap ketiga.

Dengan cara seperti ini, maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali sehingga kita dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Tahapan yang paling rawan dan kadang-kadang sangat sulit, yaitu dua tahap di tengah (tahap kedua dan ketiga).

Terutama tahap kedua, karena menentukan kreativitas daya temu dan wawasan. Dalam realita, proses penyelesaian/pemecahan masalah mungkin melibatkan perputaran (circularity) atau putaran (loop).

Apa yang dapat diambil pelajaran dari pendapat Polya tersebut? Setiap diri kita, sebagai manusia tentu tidak luput dari masalah dalam kehidupan.

Baik masalah kecil, sedang maupun besar. Baik masalah pribadi atau kelompok.

Satu hal, masalah yang ada tersebut bukan untuk dijauhi dan dihindari, melainkan harus dihadapi untuik dicari solusi atau jalan keluarnya.

Kita harus yakin, setiap masalah tersebut, semuanya pasti ada penyelesaiannya. Allah SWT sudah menjelaskan dalam firman-Nya di Qur'an Surat Al-Insyirah ayat 5-6: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Hal yang perlu digarisbawahi: ketika kita belajar Matematika dengan benar dan utuh, maka kita dapat belajar dan memiliki pengalaman yang lengkap dalam menyelesaikan masalah matematika.

Mulai dari tahap memahami masalah, merencanakan penyelesaian dan melaksanakannya, serta melakukan evaluasi atas solusi yang dihasilkan.

Pengalaman ini tentu dapat diterapkan sebagai “modal” untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Alhasil, belajar Matematika itu penting.

Dengan belajar Matematika, maka kita memiliki bekal ilmu dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com