Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/05/2022, 12:30 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah jurnal berjudul "SARS-CoV-2 vaccination can elicit a CD8 T-Cell dominant hepatitis" ramai diperbincangkan warganet.

Pasalnya, mereka percaya jurnal tersebut membuktikan keterkaitan antara vaksin Covid-19 dengan munculnya hepatitis akut yang kini kasusnya ada di Indonesia.

Baca juga: Dosen UNS: Ini Cara Cegah Hepatitis Akut

Meski penyebab pasti dari hepatitis akut belum diketahui, tapi tidak ada hubungan antara vaksin Covid-19 dengan hepatitis akut. Hal itu dikatakan oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Ardyanto.

Dia mengatakan, jurnal tersebut tidak membahas hepatitis akut misterius yang kini dikhawatirkan banyak orangtua.

Lebih tepatnya, kata Tonang, jurnal yang diributkan warganet membahas kondisi hepatitis yang dikaitkan dengan autoimun hepatitis usai pemberian vaksinasi.

"Yang sedang jadi ramai itu diduga kuat karena virus. Sedangkan yang dalam laporan yang fotonya terlampir itu diduga karena autoimun. Jadi beda," kata dia melansir laman UNS, Minggu (16/5/2022).

Autoimun yang disinggung dalam Journal of Hepatology, menurut dia, terjadi karena kemiripan antara susunan protein pada bagian S (spike) antara Covid-19 dengan suatu susunan protein pada orang-orang tertentu.

Dia menerangkan, protein bawaan dalam tubuh orang-orang tertentu kemungkinan punya kemiripan dengan protein di bagian S Covid-19 yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Molecular Mimicry.

Ketika terinfeksi Covid-19, tubuh membentuk antibodi, khususnya antibodi terhadap bagian S yang lazim disebut antibodi S-RBD.

Baca juga: Dokter UI: Hepatitis Akut pada Anak Bukan karena Vaksin Covid-19

"Karena dalam tubuh orang-orang tertentu ada protein yang mirip bagian S Covid-19, maka antibodi S-RBD itu bereaksi terhadap protein orang itu sendiri. Terjadilah yang disebut autoimunitas," jelas Tonang.

Jika hal itu sampai terjadi, orang-orang akan mengalami peradangan dalam tubuh. Dia menyebut, seberapa kuat peradangan, tergantung kemiripan dengan protein S Covid-19.

Dia menyampaikan, semakin mirip protein S Covid-19, tentu semakin kuat reaksi yang dirasakan.

"Ketika peradangan akibat kemiripan itu terjadi di jaringan hati, maka terjadi hepatitis. Sama dengan tadi, derajatnya tergantung seberapa kemiripannya," tambah dia.

Apabila seseorang terjangkit Covid-19 bisa jadi tidak terjadi masalah ketika terinfeksi. Namun, setelah sembuh dari Covid-19, dapat terbentuk antibodi yang menyebabkan masalah jika ditemui kemiripan protein tubuh dengan bagian S Covid-19.

Dia mengatakan, kejadian tersebut bisa diatasi dengan obat yang bersifat sementara untuk meredakan reaksi autoantibodi.

Namun, khusus untuk seseorang yang mengidap autoimun sejak lahir, biasanya butuh pengobatan jangka panjang.

Baca juga: Kisah Zahra, Mahasiswa ITB Peraih IP 3,81 dengan Segudang Kesibukan

"Seperti juga dalam jurnal tersebut, pasiennya dapat sembuh dengan baik setelah terapi sementara waktu. Penulis jurnal tersebut menulis possibly transient immune-mediated hepatitis post vaccination Covid-19," tukas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com