Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lolos IISMA dan Kuliah Gratis di NTU, Tania Sempat Alami "Culture Shock"

Kompas.com - 10/05/2022, 10:00 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dengan adanya program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), mahasiswa dari Indonesia bisa merasakan pendidikan di luar negeri.

Dengan adanya program ini, mahasiswa bisa punya pengalaman baru kuliah di luar negeri. Salah satu mahasiswa yang berhasil lolos IISMA adalah Tania Ruli Natalnael.

Dia berkesempatan mengenyam pendidikan di luar negeri selama satu semester di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, universitas terbaik se-Asia versi QS WUR 2022.

Mahasiswa Sistem Informasi Universitas Airlangga (Unair) ini mengaku sempat terkendala bahasa keseharian yang dipakai selama di Singapura.

Baca juga: 20 Rekomendasi Jurusan Kuliah bagi Anak IPA dan Prospek Kerjanya

Sempat rasakan "culture shock"

Awalnya, Tania mengira semua warga Singapura secara bawaan akan menggunakan bahasa Inggris.

Namun, nyatanya tidak demikian. Bahasa yang diakui di Singapura ada empat, yaitu bahasa Inggris, Melayu, China, dan Tamil.

"Jadi wajar saja kalau ada yang tidak berbahasa Inggris. Akhirnya, saya harus paham beberapa kata yang sering dipakai. Misalkan dabao (dibungkus), zheli (makan di tempat), dan lainnya," kata Tania, dikutip dari laman Unair, Senin (9/5/2022).

Tak hanya kendala bahasa, Tania juga merasakan culture shock saat menyeberang jalan di zebra cross dalam perjalanan menuju kampus.

Baca juga: 6 Jenis Pembangkit Listrik di Indonesia, Siswa Yuk Belajar

Di Indonesia, zebra cross hanya ada di dekat lampu lalu lintas. Selain itu, penyeberang jalan harus menyeberang jalan di waktu yang tepat, yaitu saat jalan raya kosong atau kendaraan masih jauh.

"Di Singapura, zebra cross banyak ditemukan. Kendaraanlah yang justru harus berhenti untuk mempersilakan penyeberang jalan menyeberang," ungkap Tania.

Ikuti kegiatan di kampus NTU Singapura

Selama di NTU, mahasiswa asal Bandar Lampung itu ingin mengikuti beberapa unit kegiatan mahasiswa (UKM).

Namun, kebanyakan UKM sudah menutup pendaftaran atau sulit menerima mahasiswa pertukaran pelajar karena membutuhkan komitmen lebih lama dari empat bulan.

"Maka dari itu, saya hanya bisa mengikuti acara yang diadakan oleh UKM atau badan organisasi di NTU," jelasnya.

Baca juga: Yuk Intip Jurusan Kuliah 5 Orang Terkaya di Indonesia

Kegiatan UKM yang diikuti Tania d iantaranya adalah kegiatan workshop, kelas atau acara outing pengenalan Singapura, dan lainnya.

Belajar bahasa isyarat

Salah satu workshop yang diikuti adalah Workshop Bahasa Isyarat Singapura (Singapore Sign Language, SSL).

"Saya bersama teman-teman lainnya bisa sedikit belajar SSL dan berkomunikasi secara langsung dengan Komunitas Tuli di Singapura," beber Tania.

Untuk dapat cepat berbaur dengan warga lokal, Tania banyak mempelajari budaya atau kultur setempat. Tania juga mempelajari sedikit bahasa lokal yang biasa digunakan sehari-hari.

"Warga lokal akan mengapresiasi usaha tersebut. Sama seperti masyarakat Indonesia yang mengapresiasi orang asing yang mencoba berbicara dalam bahasa Indonesia," ucapnya.

Baca juga: PT Sarana Pactindo Buka Lowongan Kerja bagi D3-S1, Segera Daftar

Menurut Tania, tata krama yang universal juga sangat berguna. Seperti selalu memberikan senyuman. Dan yang terpenting, jangan lupa selalu berdoa agar diberi perlindungan dan bimbingan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com