Oleh: Amala Fahditia (Mahasiswa Psikologi Profesi Jenjang Magister Universitas Tarumanagara) | Heryanti Satyadi (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)
KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama 2 tahun lebih. Kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 (Velarosdela, 2021).
Pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan diadakannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Baca juga: Pesan Rektor Unpad untuk Peserta UTBK-SBMPTN 2022
Salah satu peraturan yang diterapkan dalam PPKM adalah pembatasan kegiatan sekolah secara luring yang kemudian diadakan secara daring.
Pengadaan kegiatan sekolah secara daring menimbulkan stres terhadap beberapa orangtua.
Kegiatan sekolah secara daring tidak seefektif seperti secara luring.
Orangtua perlu mengeluarkan usaha dan waktu lebih banyak untuk anaknya, ditambah lagi dengan kondisi anak dengan gangguan spektrum autisme (Siracusano et al., 2021).
Anak dengan gangguan spektrum autisme serta pengasuhnya menghadapi tantangan baru sejak pandemi Covid-19 muncul.
Beberapa tantangan di antaranya adalah perlunya menyediakan pelayanan seperti ABA, terapi, atau pembelajaran pendidikan lainnya di rumah tanpa bantuan profesional sekaligus bekerja di rumah atau mengasuh anak lain yang bersekolah secara daring, membayar pelayanan ABA daring yang mungkin tidak ditanggung oleh asuransi, dan juga memerlukan komputer dan akses internet di rumah (Bellomo et al., 2020).
Dampak dari tantangan baru tersebut adalah seperti berkurangnya akses terhadap terapi yang berkualitas dan peningkatan stres pada orangtua/pengasuh serta beban keuangan yang diperburuk dengan ketidakpastian ekonomi selama pandemi (Bellomo et al., 2020).
Baca juga: Kemendikbud Ristek: Satuan Pendidikan Harus Sadar Risiko Bencana
Orangtua dan anak dengan gangguan spektrum autisme juga merasakan dampak terbesar karena adanya pandemi Covid-19 pada aspek meningkatnya peran dan tanggung jawab mereka, dampaknya terhadap kesehatan mental mereka dan permasalahan yang dialami dalam pendidikan jarak jauh (Bozkus-Genc & Sani-Bozkurt, 2022).
Selain itu, penelitian Daulay (2021) menunjukkan bahwa berdasarkan pengalaman beberapa ibu dengan anak autis di Indonesia, pembelajaran secara daring atau di rumah kurang optimal, dikarenakan adanya peningkatan perilaku maladaptif pada anak autis, rendahnya kemampuan beradaptasi, adanya beban pengasuhan, serta munculnya emosi negatif.
Hal ini dapat menurunkan kesehatan mental pada pengasuh atau orangtua.
Hasil penelitian Yilmaz et al. (2021) menunjukkan bahwa setelah pandemi Covid-19 muncul, kecemasan dan stres orangtua anak dengan gangguan spektrum autisme meningkat.
Mereka membutuhkan dukungan lebih dibandingkan sebelum adanya pandemi dan mereka memiliki kesulitan untuk coping.