KOMPAS.com - Minyak goreng menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Baik masyarakat di perkotaan, perdesaan, hingga beragam status ekonomi, menggunakan minyak goreng dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan tanpa sebab, aroma sedap dan cita rasa lezat nan gurih masakan dari hasil menggoreng menggunakan minyak goreng membuat makanan menjadi renyah.
Tak hanya sekadar renyah, warna keemasan makanan yang telah ditiriskan turut membuat penampilan makanan lebih menarik, daripada makanan hasil dikukus, direbus, atau dipanggang.
Baca juga: Peneliti Unair Hadirkan Produk Herbal Obati Gula Darah dan Kolesterol
Menurut Guru Besar Fakultas Teknik UNY Prof. Marwanti, realitas Indonesia sebagai pengguna minyak goreng yang cukup tinggi berawal dari kebiasaan sejak nenek moyang yang menggunakan minyak kelapa atau minyak kelentik, untuk dijadikan sebagai minyak goreng. Hal inilah yang kemungkinan membuat masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari minyak.
Marwanti mencontohkan, mulai dari bangun tidur, kita kerap disuguhi kopi sambil memakan kudapan gorengan, kemudian beranjak makan siang dengan menu ikan goreng, ayam goreng, tempe goreng, atau minimal gorengan kerupuk.
Persenyawaan dengan minyak goreng berlangsung dari pagi sampai malam. Bahkan ketika rapat kantor atau sekadar nongkrong bersama teman, camilan gorengan menjadi hal yang wajib ada.
“Bahkan dalam kondisi minimal, ketika bahan-bahan mentah untuk sambal saja sebagian digoreng dulu sebelum diulek,” katanya, Kamis (28/4/2022) seperti dilansir laman UNY. Bahkan kini banyak produk kudapan berbahan sayuran dan buah-buahan yang digoreng.
Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat
Walaupun makan gorengan terasa nikmat dan menarik, terdapat banyak bahaya yang mengintai. Dosen program pendidikan teknik boga tersebut mengingatkan, minyak goreng menyebabkan sejumlah permasalahan kesehatan, seperti obesitas, kolesterol berlebih, asam urat, gangguan jantung, diabetes, terganggunya fungsi otak, kanker dan sebagainya. Nyatanya, kesadaran untuk melepaskannya bukan hal mudah.
Menariknya, aksesibilitas atas minyak goreng pada akhirnya menghasilkan realitas struktur sosial masyarakat. Hal ini terlihat dari adanya minyak goreng murah yang mudah diakses masyarakat kelas bawah dengan harga yang dinamis.
Namun, dari sisi kesehatan hal ini justru kurang menyehatkan. Bahkan tidak jarang, model penggunaannya pun kadang jauh dari kata sehat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.