Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RSA UGM: Seperti Ini Gejala Kanker Rongga Mulut

Kompas.com - 22/04/2022, 16:39 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Saat ini, ada banyak jenis penyakit. Salah satunya kanker. Bahkan kanker juga ada bermacam-macam atau menyerang di berbagai organ tubuh manusia.

Seperi kanker rongga mulut. Kanker ini menjadi salah satu kanker yang patut diwaspadai. Sebab, jumlah kasus kanker bibir dan rongga mulut di dunia menginjak angka lebih dari 377 ribu.

Bahkan dengan jumlah kematian yang diakibatkan mencapai lebih dari 177 ribu jiwa. Hal itu dari data World Health Organization (WHO) tahun 2020.

Baca juga: Dokter Gigi UGM Beri 6 Tips Mencegah Bau Mulut Saat Puasa

Untuk itu, penting sekali masyarakat mengetahui berbagai gejala atau tanda-tanda dari kanker rongga mulut tersebut.

Hal ini berguna bagi kita untuk memperoleh deteksi dini sehingga meningkatkan probabilitas kesembuhan.

Gejala kanker rongga mulut

Menurut dokter spesialis bedah mulut, drg. Didit Istadi, Sp.BM., dalam talkshow ‘Painah & Paini: Deteksi Dini Kanker Rongga Mulut’ yang disiarkan melalui kanal Youtube Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa, (19/4/2022), ada beberapa gejala kanker rongga mulut.

1. Perih berlangsung lama

Gejala pertama kanker rongga mulut adalah rasa perih yang dialami pada rongga mulut berlangsung lama.

Berbeda dengan sariawan, rasa perih yang disebabkan sariawan dapat hilang dalam 2-3 hari, akan tetapi rasa perih dari kanker rongga mulut tidak hilang dalam hanya beberapa hari saja.

2. Luka tidak akan hilang dengan sendirinya

Juga berbeda dari sariawan yang lukanya dapat hilang setelah 2 minggu, luka kanker rongga mulut tidak akan hilang dengan sendirinya.

Baca juga: Dokter RSA UGM: Ini Tips Puasa bagi Penderita Maag

Artinya, jika Anda menemukan luka yang tidak sembuh setelah 2 minggu, Anda dapat mencurigai hal tersebut sebagai kanker rongga mulut.

3. Tak dapat diobati dengan obat biasa

Untuk gejala ketiga, kanker rongga mulut mempunyai ciri tidak bisa diobati dengan obat-obatan biasa.

"Ciri khas yang ketiga adalah tidak bisa diobati dengan obat, tidak bisa diobati dengan atibiotik, tidak bisa dikurangi sakitnya dengan pengurang sakit," ujar drg. Didit Istadi dikutip dari laman UGM, Jumat (22/4/2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com