Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Aspek Penting dalam Mengajar Berpikir Kreatif

Kompas.com - 18/04/2022, 15:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Muhammad Hidayat, M.Ed.,B.Ed *

Berpikir kreatif merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh semua bidang profesi atau pekerjaan saat ini.

Memiliki kemampuan berpikir kreatif bisa membawa seseorang mencapai titik sukses sekaligus survive di berbagai situasi dan kondisi.

Berpikir kreatif merupakan kebutuhan semua orang demi meningkatkan kapasitas/kualitas diri sendiri hingga lingkungan sekitarnya.

Kompleksitas kehidupan manusia akhir-akhir ini tentu saja berpotensi menimbulkan berbagai masalah.

Ketidakmampuan kita menyelesaikan satu masalah bisa melahirkan satu atau lebih masalah baru dan demikian seterusnya.

Untuk itu, institusi pendidikan sebagai ruang belajar dan pengembangan kapasitas diri para peserta didik harus mengambil peran dalam menyiapkan lulusan-lulusan dengan kemampuan berpikir kreatif yang baik.

Kemampuan berpikir kreatif dipercaya mampu membuka jalan solusi dalam rangka mengatasi sebuah masalah, sekaligus mencegah agar masalah tersebut tidak terulang lagi ke kemudian hari.

Bill Lucas dan Ellen Spencer (2017) mengatakan bahwa dua aspek penting yang berkaitan langsung dengan berpikir kreatif dan telah menjadi perhatian sejumlah negara, misalnya Australia dan Singapura, dalam rentang waktu sepuluh tahun terakhir ini, yakni kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis.

Dua hal ini bahkan telah dimasukan ke dalam kurikulum nasional mereka sebagai aspek yang harus diajarkan oleh sekolah kepada peserta didiknya.

Dalam konteks proses belajar mengajar di kelas, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan oleh para pendidik untuk mengajar peserta didiknya berpikir kreatif.

Tiga langkah ini berkaitan dengan menumbuhkan rasa ingin tahu yang kuat, kegigihan atau ketekunan, dan terakhir kolaborasi.

Rasa ingin tahu yang kuat ibarat lokomotif penggerak yang akan membawa peserta didik pada tercapainya tujuan pembelajaran.

Jika para pendidik mampu membukakan jalan terang yang menuntun rasa ingin tahu peserta didik, mereka pada akhirnya akan mampu belajar sendiri.

Peserta didik akan mandiri dan nyaris tanpa butuh bimbingan dari pendidiknya. Salah satu teknik yang bisa diterapkan di kelas yakni, “aku ingin tahu” (I wonder question).

Ini semacam aktivitas pembuka/pemanasan sebelum masuk pada materi inti.

Para pendidik bisa bertanya pada peserta didik misalnya, untuk apa kita belajar topik ini hari ini? Apa hubungannya dengan topik minggu lalu? Bagaimana menghubungkan kedua topik tersebut?

Peserta didik kemudian diminta untuk menguraikan ide-idenya. Aktivitas ini setidaknya akan membantu para pendidik untuk juga mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik mereka tentang topik yang sedang dipelajari.

Atau memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sebanyak-banyaknya.

Sebuah sekolah dasar di Amerika, Crellin Elementary School, menerapkan metode ini untuk mengasah/mempertahankan sikap keingintahuan peserta didiknya.

Para pendidik di satuan pendidikan tersebut akan membaca/melihat pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik secara menyeluruh, mengolahnya sebagai acuan dalam membuat dan mengembangkan materi pembelajaran.

Selanjutnya menciptakan proyek atau aktivitas-aktivitas yang bisa dikerjakan di kelas dengan memanfaatkan rasa ingin tahu peserta didik.

Selanjutnya adalah kegigihan atau ketekunan. Peserta didik yang punya daya juang tinggi tidak akan mudah menyerah atas berbagai tantangan/kesulitan yang dihadapi.

Thomas Edison merupakan contoh nyata bagaimana sebuah kegigihan/ketekunan mampu mengantar seseorang mencapai cita-citanya.

Salah satu unsur penting yang ada hubungannya dengan membangun daya tahan peserta didik, yakni dengan melatihnya agar akur dengan ketidakpastian.

Di samping itu juga mereka harus mampu mentolerir ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan sesuatu yang sulit.

Dengan mengajari peserta didik memprediksi tantangan masa depan, sedikit banyak akan membuat mereka berpikir terkait apa yang mesti dikerjakan/lakukan.

Misalnya, dengan mengambil momentum transisi dari Sekolah Menengah Pertama ke Sekolah Menengah Atas, atau dari Sekolah Menengah Atas ke universitas.

Prediksi dalam konteks ini bisa tentang kelas-kelas baru, para pengajar yang baru, tempat belajar yang lebih luas, menentukan waktu belajar serta komitmen-komitmen lain yang turut menyertainya.

Para pendidik bisa bertanya kepada peserta didiknya, andai kata mereka berada dalam situasi seperti tersebut, apa yang bisa mereka lakukan sebagai upaya antisipasi.

Terakhir, yakni kolaborasi. Sadar atau tidak, sampai kapanpun, menjadi kreatif tidak pernah bisa lepas dari unsur kolaborasi.

Kesalahpahaman yang seringkali muncul, yakni menganggap bahwa kreativitas merupakan wilayah tunggal, padahal kenyataannya tidak ada ide yang tercipta dari ruang hampa.

Sebelum memulai pekerjaan kolaboratif yang diperluas, para pendidik harus mampu menciptakan iklim kooperatif di kelas melalui latihan-latihan yang berorientasi pada pengenalan yang kuat di antara peserta didik.

Katakanlah bagaimana caranya menuntaskan sebuah teka-teki. Peserta didik bisa dibagi menjadi beberapa kelompok.

Setelah kelompok-kelompok tersebut menyuguhkan berbagai cara menyelesaikan masalah tersebut, tanyakan lagi bagaimana jika mereka harus menyelesaikannya dengan cara yang berbeda.

Atau contoh lain untuk keterampilan menulis. Pendidik membagi selembar kertas putih kepada seluruh peserta didik, meminta mereka menulis namanya sendiri kemudian menulis satu pendapat tentang apa saja.

Kertas tersebut dikumpulkan lalu dibagikan lagi secara acak ke semua yang ada di kelas.

Peserta didik diminta untuk bereaksi terhadap pernyataan/pendapat temannya yang ada di kertas tersebut.

Hal ini bisa diulangi beberapa kali sesuai keinginan dan waktu yang tersedia. Dan pada akhirnya akan dikembalikan ke pemilik aslinya.

Dari aktivitas ini pemilik opini belajar bahwa respons dari pembaca akan sangat beragam. Pro dan kontra.

Untuk itu, bahkan sebelum menulis pun, seorang penulis harus sudah memikirkan hal tersebut.

Menciptakan semacam antisipasi dan seterusnya. Atau bahkan kamampuan untuk menyesuaikan diksi atau topik sesuai dengan target pembaca.

Kemampuan berkolaborasi seperti ini sangat penting. Peserta didik harus dilibatkan dalam berbagai aktivitas membangun tim yang menyenangkan, karena bisa jadi mereka yang bahkan sudah saling kenal mengenal sekali pun belum tentu bisa bekerja sama secara erat.

Harapannya, peserta didik berhasil mencapai tujuan non-akademik atau akademik.

Menurut William Kist, seorang guru besar di Universitas Negeri Kent, melalui sebuah artikel yang ditulisnya dalam buku The best of Corwin: Educational Technology for School Learders mengungkapkan kemampuan berkolaborasi peserta didik nampak diakui secara umum sebagai sesuatu yang urgen dalam lingkungan baru.

Para pendidik di mana pun berada perlu terus berusaha menghadirkan aktivitas-aktivitas di ruang kelas yang merangsang peserta didik untuk berpikir.

Ketiga aspek di atas bisa diterapkan oleh para peserta didik di mana pun berada dengan harapan mambantu peserta didik untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif mereka.

*Muhammad Hidayat, M.Ed.,B.Ed, Pendidik, Awardee beasiswa LPDP. Master of Education di The University of Adelaide.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com