Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Shalat Tarawih Bisa di Metaverse? Ini Kata Guru Besar Unair

Kompas.com - 14/04/2022, 11:19 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Ilmu Komunikasi Unair, Prof. Rachmah Ida menyatakan shalat tarawih tidak bisa dilakukan di dalam dunia metaverse.

Hal ini sebelumnya telah ramai diperbincangkan mengenai pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merencanakan simulasi ibadah haji di metaverse.

Baca juga: 3 Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia Versi QS WUR 2022

Akan tetapi, jika menengok lebih jauh MUI menegaskan itu hanya simulasi bukan sedang berhaji.

Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan calon jamaah haji dan calon jamaah umrah untuk mengeksplorasi lokasi-lokasi aktivitas ibadah.

Berkaitan dengan hal itu, Prof Ida sepakat dengan MUI supaya tidak ada salah kaprah pemahaman tentang agama dan perkembangan teknologi.

Penggunaan metaverse tidak kompatibel dalam tarawih, sebab di dalamnya itu avatar buatan manusia.

Menurut dia, sholat bukan soal gerakan saja tetapi melibatkan koneksi antara Tuhan dan hati manusia.

"Artinya pelaksanaannya harus hadir secara fisik karena teknologi sifatnya sekuler. Sementara agama sifatnya individual. Apalagi tarawih berkaitan dengan hukum agama islam," ungkap dia melansir laman Unair, Kamis (14/4/2022).

Dosen yang ahli dalam studi media itu mengungkap bahaya jika masyarakat menganggap dunia metaverse sama dengan dunia realita.

Baca juga: Ramai Tren Healing pada Kalangan Milenial, Ini Tanggapan Psikolog UGM

"Metaverse itu gabungan antara aspek Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), media sosial, dan cryptocurrency. Apa yang ada di metaverse juga sifatnya cyberspace atau dunia maya. Jadi itu hanya dunia virtual bukan realitas yang objektif," tutur dia.

Adapun dampak dari manusia yang banyak memikirkan dunia teknologi sebagai realitas yang sejati.

Manusia tersebut akhirnya tidak bisa membuka mata hati. Prof Ida pun menyebut antara teknologi yang bisa dan yang tidak bisa disatukan dengan agama.

"Masih bisa jika sebatas sedekah, mendengarkan khotbah, dakwah, dan lagu-lagu qasidah. Apapun dalam perkembangannya kelak, jika konteksnya shalat, masyarakat harus menyadari hukum-hukum agama dan gerakan tubuh terutama hati. Jadi itu tidak bisa disatukan dalam teknologi," jelas Prof. Ida.

Oleh karena itu, pihaknya berharap kepada pengguna dunia realitas digital harus bisa menyadari kembali bahwa teknologi hanya sebagai alat.

Hal tersebut bukan berarti segala sesuatu bisa dilakukan dalam teknologi metaverse.

Baca juga: 5 Tips Puasa bagi Penderita Diabetes dari Pakar Unair

"Metaverse itu dibangun dari sebuah text base atau bangunan text, dengan logika-logika imajinatif. Kalau menurut teorinya Mcluhan, media dan teknologi itu ekstensi dari human being. Dari ciptaan manusia untuk mempermudah manusia," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com