KOMPAS.com - Dosen dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Pulmonologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sumardi mengatakan, berdasarkan data WHO 2016, 1/3 penduduk dunia sudah pernah terpapar kuman tuberkulosis (TBC).
Selain itu, Indonesia merupakan negara terbanyak kedua di dunia yang mengidap tuberkulosis.
Baca juga: Crazy Rich Jadi Pelaku Penipuan, Dosen Unair: Dunia Medsos Hanya Palsu
Sebenarnya kuman tuberkulosis ini sudah sangat berteman dengan manusia. Bahkan, tuberkulosis sudah ada sejak dahulu.
Hal tersebut diketahui dari hasil scanning mumi di Mesir yang menunjukkan adanya tuberkulosis di tulang belakang.
"Tuberkulosis bisa tersebar dimanapun di seluruh tubuh, bukan hanya di paru-paru. Namun, memang 80 persen di paru karena paru-paru merupakan sumber utama masuknya tuberkulosis," kata dia melansir laman UGM, Senin (28/3/2022).
Sumardi menyampaikan, penting untuk mengetahui perbedaan tuberkulosis dan virus Covid-19.
Adapun perbedaannya, yakni kalau tuberkulosis demamnya tidak hilang. Jadi, demam terus walaupun tidak terlalu tinggi.
Selain itu, demamnya tidak akan hilang kalau tidak diobati dengan obat tuberkulosis.
Gejala lain tuberkulosis adalah nyeri dada dan berkeringat di malam hari.
Baca juga: Kapan Pengumuman Hasil SNMPTN 2022? Ini Jadwal Resmi dari LTMPT
Sedangkan kalau virus Covid-19 varian Omicron, demamnya 2-3 hari sudah hilang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.