Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alpukat Bisa Turunkan Kolesterol dan Darah Tinggi? Ini Kata Pakar IPB

Kompas.com - 07/03/2022, 12:02 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia dikenal sebagai negara penghasil alpukat terbesar di Asia. Selain dikenal dengan rasanya yang enak, alpukat juga menjadi salah satu buah yang memiliki kandungan bagus untuk kesehatan tubuh.

Bahkan ada mitos bahwa alpukat bisa menurunkan kadar kolesterol dan darah tinggi. Kedua penyakit ini cukup banyak diderita masyarakat Indonesia.

Salah satu penyebabnya karena pola hidup kurang sehat. Bahkan kolesterol dan darah tinggi ini memiliki presentase cukup tinggi. Kasus penderita kolesterol sebanyak 72,8 persen dan kasus hipertensi sebanyak 34,11 persen.

Tapi benarkah alpukat dapat menurunkan kolesterol dan darah tinggi? Seperti ini penjelasan Dosen Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) Naufal Muharam Nurdin.

Baca juga: Ikut UTBK SBMPTN 2022? Cek Prodi Daya Tampung Terbanyak di Undip

Alpukat sumber lemak baik

Naufal mengungkapkan, kolesterol sebenarnya dibagi menjadi dua, yakni kolesterol baik atau HDL dan jahat atau LDL.

Menurut Naufal, makanan dan jenis lemak yang biasa dikonsumsi turut memengaruhi proporsi kedua kolesterol tersebut dalam tubuh seseorang.

"Jika LDL meningkat dan HDL turun, itu jelek. Namun jika sebaliknya, HDL meningkat, LDL turun itu yang bagus," kata Naufal seperti dikutip dari kanal YouTube IPB TV, Senin (7/3/2022).

Naufal menerangkan, makanan yang memengaruhi kadar kolesterol adalah makanan yang mengandung lemak jenuh dan tidak jenuh. Jika seseorang banyak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh pada hewan seperti gajih, jeroan, otak termasuk pada daging banyak terdapat lemak jenuh.

"Jika kita mengonsumsi lemak jenuh tinggi, maka kadar LDL-nya meningkat. Tetapi kalau alpukat memiliki lemak tidak jenuh atau lemak baik. Sehingga akan meningkatkan kadar HDL," ungkap Naufal.

Baca juga: Berapa Besaran Bantuan KIP Kuliah 2022? Ini Rinciannya

HDL meningkat, kurangi risiko komplikasi hiperkolesterol

Dengan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh, lanjut Naufal, kadar HDL meningkat. Jika HDL meningkat akan mengurangi komplikasi yang disebabkan hiperkolesterol.

Untuk mendapatkan manfaat alpukat secara optimal, perlu mengonsumsi alpukat dengan kualitas baik dan porsi yang tepat. 

Naufal menambahkan, alpukat selain sumber dari karbohidrat atau energi juga mengandung lemak tinggi.

Takaran yang tepat mengonsumsi alpukat sebetulnya sesuai dengan asupan lemak normal seseorang. Diharapkan masyarakat bisa mengganti lemak yang berasal dari gorengan, hewani atau makanan berlemak tinggi diganti lemak yang berasal dari alpukat.

"Diganti dengan lemak yang berasal dari alpukat jadi terjadi subsitisi. Dikatakan berlebihan jika makan makanan tinggi lemak dan alpukatnya juga banyak, nantinya akan terlalu banyak lemak yang kita makan," imbuh Naufal.

Baca juga: Dosen Unesa Jadi Relawan Bantu Pengungsi Ukraina di Polandia

Tubuh tetap butuh lemak

Naufal memberi contoh, misalnya kebutuhan 2.150 kalori maka kebutuhan lemak 60 gram. Dari 100 gram alpukat, mengandung lemak sebanyak 6,5 gram. Misalnya tidak mengonsumi lemak sama sekali dan lemak hanya berasal dari makan alpukat saja, makan 1 kilo tidak masalah.

"Tapi jika makan sumber lemak lain, makan alpukat 200 gram-300 gram sudah berlebihan. Tergantung bagaimana seseorang mengonsumsi sumber lemak lain," papar Naufal.

Dia menekankan, yang paling utama ada subsitusi lemak karena tubuh tetap butuh lemak bukan menghindari lemak. Tapi masyarakat wajib pilih lemak yang baik salah satunya dari alpukat.

Baca juga: Pura Group Indonesia Buka Lowongan Kerja Lulusan D3/S1, Buruan Daftar

Jadi alpukat bisa meredakan kolesterol dan darah tinggi adalah sebuah fakta. Masyarakat juga perlu tahu cara pengolahan yang benar agar alpukat memberikan manfaat optimal bagi kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com