DI TAHUN 2001, ayah saya memasuki usia pensiun setelah mengabdi 28 tahun sebagai seorang PNS di kota Palembang, dengan ragam perangkat kerja masa itu yang masih serba “analog”, seperti mesin ketik dan tumpukan dokumen kertas stensil.
Komputer sudah mulai digunakan terbatas, namun hanya ada di beberapa kantor utama Pemerintahan.
Ayah saya sangat ingin belajar komputer, namun tidak pernah punya waktu khusus karena kesibukan saat siang sebagai PNS dan malam hari mengurusi orang-orang yang sakit gigi.
Sesaat sesudah menerima SK pensiun yang ditandangani oleh Ibu Mega sebagai Presiden RI saat itu, dimulailah H1 beliau belajar komputer.
Dari mulai dasar sekali, yaitu menekan tombol power CPU, mengetik keyboard dengan dua jari, menggerakkan mouse hingga mencari tombol windows di pojok kiri bawah layar.
Tahun-tahun itu saya baru memulai kuliah di Depok sehingga tak bisa menjadi tutor beliau.
Otomatis yang menjadi guru komputer Ayah saya adalah Riyadi, seorang sahabat masa kecil saya yang saat itu sudah menjadi seorang programmer trampil.
Saya masih ingat, setiap saya mudik liburan semesteran kuliah, salah satu tugas saya adalah memandu Ayah untuk berlatih menggunakan komputer.
Mengajarkan komputer bagi seseorang berusia 56 tahun dengan background kehidupan yang masih serba “analog” adalah sebuah pekerjaan tidak ringan.
Saya harus menjelaskan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh generasi old.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.