KOMPAS.com - Topik yang tidak ada habisnya dibahas untuk mendapatkan beasiswa bergengsi terutama untuk studi di luar negeri, adalah seputar kualitas pelamar seperti apa yang diinginkan, serta strategi terbaik mendapatkan beasiswa.
Dalam beberapa tulisan sebelumnya saya banyak menyoroti tentang pentingnya memiliki kemampuan adaptasi di atas rata-rata serta kemauan dan kemampuan keluar dari zona nyaman.
Bukan hal yang mudah bagi pihak penyelenggara beasiswa untuk dapat mengukur kemampuan ini pada saat proses seleksi karena yang dapat diamati adalah sebatas melihat kualitas tersebut melalui dokumen aplikasi dan juga pada waktu wawancara.
Kualitas tersebut baru dapat terlihat jika mereka penerima beasiswa sudah sampai di "medan perang" , di tempat baru di mana mereka dituntut untuk segera beradaptasi dengan lingkungan dan tantangan yang baru.
Lalu selain itu faktor apa lagi yang selalu diamati oleh tim seleksi dan menjadi penentu dalam sebuah proses seleksi beasiswa?
Banyak pemuda di negeri ini yang tidak memiliki kepekaan akan potensi yang ada dalam dirinya.
Padahal mengenali diri adalah titik awal dari sebuah perjalanan meraih cita-cita. Banyak orang sulit memberikan jawaban ketika ditanya "what are you good at, what is your main strength?”.
Inilah pentingnya kemampuan melihat ke dalam untuk menemukan harta karun yang tersembunyi di dalam yang jika tidak digali mustahil akan dapat kita nikmati. Harta karun apa yang sebenarnya kita ingin dapatkan?
Harta karun itu bernama interest (minat), passion , dan potensi. Kenapa penting untuk mengenalinya? Karena mereka adalah petunjuk awal agar kita dapat melihat ke arah yang lain yaitu ke arah depan dan samping.
Baca juga: Lebih dari 20 Kampus Negeri di Arab Saudi Buka Beasiswa Sains Teknologi
Lalu bagaimana caranya meneropong ke dalam, menggali dan mengembangkan apa yang ditemukan dari peneropongan tersebut? Banyak pertanyaan sederhana yang dapat ditanyakan kepada diri sendiri sebagai cara untuk melihat apa yang ada di "dalam" sana.
Misalnya, “mata kuliah apa yang menurutmu paling mudah, karena biasanya tanpa belajar terlalu keraspun nilaimu pasti baik, atau hal apa yang paling senang kau tekuni bahkan sampai lupa waktu, hal apa yang kamu selalu melakukannya lebih baik dari orang lain?”.
Jawaban dari pertanyaan -pertanyaan tersebut tidak ujug-ujug berupa kesimpulan yang definitif namun sesuatu yang sederhana. Misalnya setelah digali dalam ternyata saya baru menyadari bahwa saya ternyata memiliki minat kuat dalam menulis, atau saya punya kemampuan dalam meyakinkan orang.
Atau menyadari bahwa selain seorang sarjana Teknik namun saya punya ketertarikan kuat pada dunia volunteering.
Catatlah hasil galian itu sebagai minat, potensi dana passion kamu. Temuan-temuan tersebut tidak mungkin didapatkan apalagi dikedepankan jika kita tidak pernah menggalinya.
Temuan-temuan itu dapat menjadi sebuah competitive edge, menjadi amunisi penting dalam proses seleksi beasiswa.