Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Ini Pentingnya Pendidikan Seks bagi Remaja

Kompas.com - 29/01/2022, 07:02 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Pendidikan seks sejak dini penting diberikan para orangtua terhadap anaknya. Apalagi di era saat ini saat semua informasi bebas diakses siapa saja.

Jika anak khususnya kalangan remaja terpapar konten pornografi tanpa sepengetahuan orangtua, hal tersebut justru akan membawa dampak negatif bagi mereka.

Pendidikan seks sejak dini ini penting dilakukan untuk mengenalkan remaja tentang fungsi organ seks sehingga mereka bisa paham dan bertanggung jawab terhadap organ vital mereka.

Selain itu pendidikan seks sejak dini juga untuk mencegah penyimpangan dalam perilaku seksual mereka sejak dini.

Baca juga: Dokter RS UNS: Lakukan Hal Ini bila Menemukan Pasien Henti Jantung

Tindak asusila di tempat umum

Kurangnya pemahaman tentang pendidikan seks pun makin membuat miris ketika sejumlah remaja tertangkap kamera melakukan tindak asusila. Bahkan beberapa diantaranya dilakukan di tempat umum

Seperti ulah sepasang muda-mudi yang menghebohkan jagat maya karena video asusila di Alun-alun Pacitan beredar di media sosial.

Peristiwa ini juga menyita perhatian dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sekaligus pemerhati pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Holy Ichda Wahyuni.

Menurutnya pendidikan di sekolah saat ini memang mengajarkan aspek kesehatan reproduksi. Namun masih sangat terbatas pada arah untuk tidak melakukan seks dan Penyakit Menular Seksual (PMS).

Baca juga: Selain KIP Kuliah, Mahasiswa Bisa Manfaatkan 4 Program Beasiswa Ini

Pendidikan seks masih menjadi hal tabu

Hampir tidak ada materi yang terfokus pada seksualitas, persetujuan hubungan atau sentuhan dengan orang lain yang umumnya disebut consent dan isu lain yang peka dan sadar gender.

"Disadari atau tidak, perbincangan soal seks di lingkungan keluarga, maupun sekolah masih menjadi hal yang sangat tabu," urai Holy Ichda seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Sabtu (29/1/2022).

Dia memberi contoh, dalam penyebutan alat-alat reproduksi saja sebagian masyarakat masih sering menggunakan istilah lain.

Holy menambahkan fenomena pelajar bertindak asusila di tempat umum merupakan permasalahan sistemik yang pelik dan multifaktor.

Pasalnya, cara pencegahan tidak hanya ditinjau dari pengetatan pemantauan terhadap taman maupun tempat umumnya saja.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Persiapkan Hal Ini Sebelum Vaksin Booster Covid-19

Remaja perlu penguatan karakter

Dia menekankan, pengetatan pemantauan taman atau tempat umum sebenarnya hanyalah salah satu di antara banyak cara dalam mengatasinya.

"Sebab pelaku masih bisa mendapatkan celah untuk melakukan tindakan asusila di tempat lain. Sehingga ini bisa dibenahi mulai dari penguatan karakter personal khususnya pendidikan seks di sekolah," ungkapnya.

Holy menjelaskan, secara langsung dan tidak langsung remaja yang memasuki masa pubertas rasa keingintahuannya sangat tinggi.

Selain itu pada fase itu, hormon-hormon seksual sedang mengalami perkembangan untuk menuju pematangan.

"Saat masa pubertas itulah, jika tanpa adanya pendampingan dan edukasi seks sejak awal, kemungkinan anak akan mencari pelampiasan seksual dengan jalan yang keliru. Misalnya dengan video porno, mencoba dengan kekasih dan lain sebagainya," tegas Holy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com