Oleh: Titien Suprihatien | Guru SMPN 11 Batanghari, Jambi
KOMPAS.com - Hampir dua tahun pandemi melanda, selama itu pula proses pembelajaran merasakan dampaknya.
Segala cara, segala teknik, dan berbagai strategi pembelajaran tanpa tatap muka atau tatap muka terbatas pun telah dicoba. Namun tentu saja hasilnya tidak bisa dikatakan sempurna.
Pemerintah kemudian menghadirkan “Kurikulum Prototipe” sebagai salah satu pilihan kurikulum yang bisa diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran 2022/2023. Tujuannya untuk membantu pemulihan pembelajaran. Lalu bagaimana sekolah menerapkannya?
Semua elemen sekolah, guru, siswa, dan orang tua gelisah. Menjadi gamang dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang kurang sangkil.
Bagaikan layangan putus, sebagian materi hilang terbawa arus. Sekadar belajar melewati bab demi bab kurang mangkus karena keterbatasan ruang dan waktu yang tersedia.
Kehadiran kurikulum prototipe diharapkan mampu memulihkan pembelajaran dengan lebih cepat. Satu dari banyak hal baru yang ada dalam kurikulum paradigma baru ini adalah keleluasaan yang diberikan kepada sekolah dalam menerapkan model pembelajaran kolaboratif dan asesmen kolaboratif lintas mata pelajaran.
Asesmen lintas mata pelajaran tersebut dapat berupa penilaian sumatif dalam bentuk penilaian berbasis proyek.
Pada kurikulum prototipe, dalam satu tahun pelajaran, siswa sekolah dasar minimal dapat melakukan dua kali penilaian proyek. Sedangkan pada siswa SMP, SMA maupun SMK dapat dilakukan minimal tiga kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran.
1. Kolaborasi IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Keterampilan
Contoh penerapan Tugas proyek pada mata pelajaran IPA adalah membuat model organ. Deskripsi dari proses hingga laporan proyek diintegrasikan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia.
Baca juga: Seperti Ini Penerapan Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak
Laporan pembuatan model organ tersebut bisa dikonversikan ke tulisan fiksi sains dalam bentuk cerita pendek. Penentuan desain dan skala, ketelitian dan perhitungannya kebutuhan bahan yang digunakan akan menjadi bagian dari penilaian proyek matematika.
Keterampilan dan inovasi dalam memanfaatkan bahan baku limbah dan mengolahnya menjadi karya yang berguna akan klik dengan mata pelajaran keterampilan.
2. Kolaborasi IPA, Bahasa Inggris, dan IPS
Ketika siswa mengerjakan tugas proyek mata pelajaran IPA seperti mengolah limbah rumah tangga menjadi produk tertentu. Kolaborasi dapat dilakukan dengan mata pelajaran bahasa Inggris. Kolaborasi tersebut bisa dalam bentuk pembuatan promosi produk.
Penilaian proyek IPS dapat dilakukan dengan proses pemasaran produk dan perhitungan laba rugi. Tentu banyak asesmen proyek lintas mapel lainnya yang bisa dilakukan guru.
Sebelum melaksanakan asesmen proyek lintas mata pelajaran, sekolah harus merencanakan kegiatan ini dengan rincian sebagai berikut:
Baca juga: Sudah 2.500 Sekolah Terapkan Kurikulum Prototipe
Pada pengembangan asesmen berbasis proyek terjadi pengembangan soft skills dan karakter seperti pembentukan akhlak mulia, kebinekaan, gotong royong, nalar kritis, kreativitas, dan kemandirian.
Kegelisahan dan kegamangan pembelajaran selama pandemi hendaknya bisa menjadi pengalaman berharga bagi seluruh anak bangsa untuk tumbuh menjadi Pelajar Pancasila.
Bagai layangan putus, kita harus mampu memilih untuk ikut berlari, bersaing mengejarnya atau membuat layangan baru yang lebih indah dan mampu terbang tinggi demi kemajuan pendidikan di bumi pertiwi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.