Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Webinar Unair Ungkap Bahaya Pembakaran Sampah Terbuka bagi Manusia

Kompas.com - 18/01/2022, 12:14 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com- Sistem pengelolaan sampah di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain.

Padahal permasalahan sampah perlu ditangani dengan serius karena bisa menimbulkan dampak buruk bagi bumi dan juga kesehatan manusia.

Menurut data Bank Dunia beberapa tahun terakhir produksi sampah dunia diproyeksikan meningkat secara signifikan. Bahkan jumlah sampah bisa menyentuh angka 2,2 miliar ton pada tahun 2025 nanti.

Diperkirakan, hampir 41 persen sampah yang ada di dunia dibakar secara terbuka (open burning).

Baca juga: Mendikbud Ristek: MBKM Jadi Momentum Asah Kemampuan Mahasiswa

Hasilkan polutan beracun ke udara

Pembakaran sampah secara terbuka merupakan proses pemusnahan limbah dengan cara dibakar yang biasanya pada suhu rendah. Biasanya pembakaran ini juga dilakukan dengan cara yang tidak terstandarisasi dan terkendali.

Proses pembakaran yang tidak sempurna ini juga memiliki banyak dampak negatif bagi lingkungan dan manusia.

Dalam webinar internasional yang dilaksanakan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) hadir sebagai pembicara Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universiti Putra Malaysia Prof. Juliana Jalaludin.

Dia menjelaskan, open burning banyak dilakukan karena memang mudah dan murah namun berbahaya bagi lingkungan.

"Pembakaran sampah secara terbuka dapat melepaskan berbagai polutan beracun ke udara karena melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer," kata Prof. Juliana seperti dikutip dari laman Unair, Selasa (18/1/2022).

Baca juga: DQLab Tetris Program, Beri Beasiswa Data Science dan Peluang Karier

Bisa sebabkan penyakit pernafasan parah

Selain itu juga dapat memperburuk pencemaran tanah dan pencemaran air. Menurutnya, senyawa yang dihasilkan termasuk karbon dioksida, metana, dan materi partikulat dapat menyebabkan kasus penyakit pernapasan parah.

Pembakaran tanpa melalui proses ineserasi juga menghasilkan senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik, dioksin dan furan, yang semuanya karsinogenik. Hal ini makin berbahaya karena senyawa ini menyebabkan berbagai penyakit.

"Kurang lebih ada 30 senyawa berbahaya yang persisten di lingkungan yang memungkinkan terserap manusia dan menyebabkan kerusakan otak, hormon dan berbahaya bagi janin,” sambungnya.

Baca juga: PT Cipta Kridatama Buka Program FGDP 2022 bagi S1, Buruan Daftar

Gunakan pendekatan 3R (reduce, reuse, recycle)

Juliana menerangkan, secara garis besar terdapat 4 jalur pemaparan dari toksikan yang ada di udara. Yakni melalui inhalasi, ingesti, bersentuhan dengan benda yang terpapar toksikan dan melalui jalur transplacental.

"Senyawa toksik hasil pembakaran akan diriliskan ke atmosfer yang kemudian bisa terhisap secara langsung ataupun masuk melalui makanan. Dan yang paling berbahaya ada senyawa yang dapat mengkontaminasi janin melalui ibu hamil," ungkapnya.

Juliana menambahkan, dalam upaya pengurangan sampah, pendekatan 3R (reduce, reuse dan recycle) adalah metode yang paling tepat untuk digunakan.

Baca juga: Pakar Undip: Hipnoterapi Bisa Atasi Kesehatan Jiwa dan Gangguan Tidur

Metode ini mampu mengurangi sampah secara signifikan tanpa menimbulkan dampak negatif.

"Meningkatkan kesadaran umum akan bahaya pembakaran sampah terbuka perlu dibangun agar masyarakat tahu dan sadar. Sehingga mampu secara bijak menggunakan benda yang berpotensi menjadi sampah," pungkasnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com