Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minum Es Teh Jumbo Viral di TikTok, Ini Dampaknya Kata Ahli Gizi UNS

Kompas.com - 10/01/2022, 16:32 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KPOMPAS.com - TikTok memang menjadi 'surga' bagi banyak makanan/minuman viral. Usai permen dalgona booming beberapa waktu lalu, kini giliran es teh jumbo yang berhasil menguasai FYP TikTok.

Viralnya es teh jumbo di TikTok ini bermula dari ide kreatif sejumlah pengguna yang membuat video klip parodi Noah "Yang Terdalam".

Baca juga: Viral Artis Adopsi Spirit Doll, Ini Kata Pakar UNS

Berbeda dengan versi remake yang diperankan oleh Iqbal Ramadhan, pengguna TikTok justru merekam dirinya sendiri berjalan di trotoar sambil menenteng es teh jumbo dalam bungkus plastik literan.

Walau es teh jumbo yang viral di TikTok tampak menyegarkan, ternyata mengonsumsi minuman ini, apalagi dengan tambahan gula tidak baik bagi kesehatan, lho!

Hal ini dijelaskan oleh Ahli Gizi Rumah Sakit (RS) UNS, Asyari Mia Lestari.

"Kandungan tanin dan polifenol dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi pada makanan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia," ucap dia melansir laman UNS, Senin (10/1/2022).

Sedangkan kandungan gulanya, Mia memperkirakan dalam satu bungkus es teh jumbo yang berisi 2-3 liter mengandung 12-18 sendok makan gula atau setara 120-180 gram.

Takaran ini disebut Mia melebihi ajuran asupan gula yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang.

Oleh sebab itu, ia menilai es teh jumbo dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit diabetes melitus karena kandungan gula yang tinggi.

Baca juga: Harga Telur Ayam Naik Tinggi, Ini Penyebabnya Menurut Pakar IPB

"Batasan konsumsi gula tidak boleh lebih dari 50 gram atau setara 4 sendok makan sehari," ujar Mia.

Agar risiko terkena obesitas dan diabetes melitus tidak meningkat, dia merekomendasikan campuran Bahan Tambahan Pangan (BTP) sebagai pemanis dalam es teh jumbo.

Tapi, tidak semua BTP bisa dicampurkan ke dalam es teh jumbo.

Pasalnya, BTP terdiri dari pemanis alami dan buatan yang tidak bisa dikonsumsi beberapa orang orang.

Dia menjelaskan, BTP pemanis alami memiliki toksisitas yang sangat rendah.

Sementara itu, beberapa BTP pemanis buatan memiliki batasan.

"Misal sakarin 0-5 mg/kg berat badan. BTP pemanis buatan tidak dapat digunakan pada produk pangan yang khusus diperuntukkan bagi bayi, anak usia di bawah tiga tahun, ibu hamil dan/ atau ibu menyusui" ucap Mia.

Supaya asupan gula dalam tubuh tetap terjaga, Mia menyarankan masyarakat untuk mengasup gula melalui buah, selai, madu, dan makanan atau camilan manis lainnya.

Lalu, konsumsi teh tidak setiap hari atau minum 2-3 jam setelah makan.

Baca juga: Polemik Presidential Threshold 20 Persen, Ini Kata Pakar UNS

"Kurangi penggunaan gula juga, bisa diganti potongan buah atau daun mint. Jaga tubuh agar tidak dehidrasi dengan minum air putih sesuai kebutuhan. Untuk remaja atau dewasa minum air putih 8 gelas sehari," tukas Ahli Gizi UNS ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com