KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, serial Layangan Putus banyak menyita perhatian masyarakat.
Serial yang menceritakan perselingkuhan dalam rumah tangga itu menghangat di berbagai kanal media sosial.
Baca juga: 10 PTN Terbaik di Pulau Jawa, Kamu Pilih yang Mana?
Menanggapi hal itu, Dosen Sosiologi Keluarga Unair, Prof. Sutinah angkat suara.
Dia ingin memfokuskan serial Layangan Putus pada perempuan, agar berdaya dan pandai membaca tanda-tanda.
Menurut Prof. Sutinah, dalam mempertahankan perkawinan pasca perselingkuhan, yaitu perlunya membangun trust kembali.
Meskipun itu bukan hal yang mudah dilakukan bagi perempuan yang "tersakiti".
Tidak hanya itu, sambung dia, berbicara soal tatanan sosial, pihaknya menyebut ideologi patriarki masih mengental di masyarakat.
"Suatu konstruksi sosial yang menganggap perempuan lemah dan mudah disakiti laki-laki, terlebih perempuan kerap ditempatkan di subordinat artinya hanya bisa patuh, padahal perempuan berhak mendapatkan kesempatan untuk membela diri," kata dia melansir laman Unair, Kamis (6/1/2022).
Guru Besar FISIP Unair ini mencontohkan, ketika laki-laki memiliki gaji yang bagus, pergaulannya luas, dan merasa mampu, pastinya laki-laki itu tak segan untuk mencoba selingkuh.
Nah di posisi itu, peran perempuan harus bisa membaca tanda laki-laki mengalami perubahan.
Baca juga: Tanggapi IDI, Kemendikbud Ristek: PTM 100 Persen Tetap Jalan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.