Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim UB Kembangkan Alat Deteksi Covid-19 dan Penyakit Pernapasan Lain

Kompas.com - 06/01/2022, 11:08 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19 berlangsung, inovasi dan kreativitas para sivitas akademika justru mengalami peningkatan.

Sudah banyak inovasi diciptakan baik untuk penanganan Covid-19 maupun sebagai solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat lainnya.

Tim dari Universitas Brawijaya (UB) pun mengembangkan alat deteksi hasil metabolisme dari sistem pernapasan dan pencernaan yang dinamakan UBreath Analysis.

Inovasi ini diciptakan Guru Besar Universitas Brawijaya Prof. Arinto Yudi Ponco Wardoyo bersama tim.

Baca juga: UM Surabaya Siapkan 11 Program Beasiswa bagi Difabel hingga Influencer

Alat identifikasi sistem pernafasan dan pencernaan

Menurut Prof. Arinto, alat ini mampu mengidentifikasi dan mengukur konsentrasi zat dari hasil metabolisme sistem pernapasan dan pencernaan melalui embusan napas dalam bentuk gas, partikulat, dan parameter lain yang berjumlah 25.

Hasil pengukuran dari parameter tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Kecerdasan Buatan untuk mengidentifikasi kondisi dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan.

"UBreath bekerja dengan mengembuskan napas pada kantong khusus sebelum kemudian alat ini akan mengukur unsur-unsur yang terkandung dalam udara pernapasan," jelas Prof. Arinto seperti dikutip dari laman Universitas Brawijaya, Rabu (5/1/2022).

Baca juga: Webinar Unsoed Ungkap Cara Kelola Keuangan dan Tips Berinvestasi

Hasil diketahui 2-3 menit saja

Prof. Arinto menjelaskan, alat tersebut memerlukan waktu antara 2 hingga 3 menit untuk mendapatkan hasil.

Sejauh ini, UBreath telah diuji klinis pada orang sehat dan penyintas Covid-19 di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dan RS Lapangan Malang dengan total 400 sampel.

"Hasil yang didapatkan yakni alat ini tidak hanya dapat mendeteksi berupa positif atau negatif Covid-19, tetapi lebih spesifik. Alat ini bisa mengklasifikasikannya seperti OTG, ringan, sedang, sampai berat," papar Guru Besar Fisika ini.

Tingkat akurasi 90 persen

Dia menerangkan, penelitian yang dilakukan sejak akhir 2020 ini menghasilkan tingkat akurasi mencapai lebih 90 persen.

UBreath yang dikembangkan dengan bekerja sama dengan tim Fakultas Kedokteran UB, yakni Susanthy Djajalaksan dan Prof. Teguh Wahju Sardjono saat ini diuji klinik untuk screening penyakit pernapasan.

Baca juga: Siswa Kelas 12, Ini Tips Sukses Hadapi UTBK SBMPTN 2022

Seperti kanker paru-paru, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bersama tim dari Fakultas Kedokteran.

"Penderita penyakit kanker paru-paru biasanya terlambat mendeteksi karena tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Untuk itu alat ini sangat baik untuk screening awal," beber Arinto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com