Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen dan Mahasiswa ITS Inovasi Penjernih Limbah Kain Tenun

Kompas.com - 31/12/2021, 12:54 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Dosen dan mahasiswa Fakultas Vokasi (FV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melakukan pengabdian masyarakat (Abmas).

Yakni melakukan inovasi menciptakan diseminasi teknologi yang berupa alat reaktor dekolorisasi untuk penjernihan limbah kain tenun ikat di Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan.

Kolaborasi itu antara dosen dan mahasiswa Departemen Kimia dengan Dosen Departemen Teknik Mesin Industri Fakultas Vokasi (FV) ITS.

Baca juga: Robot ITS Juara I ABU Robocon 2021 di China

Tim Abmas yang diketuai oleh Adi Setyo Purnomo, M.Sc., Ph.D., selaku dosen Kimia ITS ini menginisiasi program diseminasi teknologi reaktor ini kepada masyarakat Desa Parengan.

Terkendala penanganan limbah

Awalnya Adi dan timnya mengetahui bahwa Desa Parengan sudah terkenal sejak lama sebagai desa industri sentra kain tenun ikat yang memiliki nilai ekspor dan nilai seni yang cukup tinggi.

Kemudian, Adi dan tim melakukan survei ke tempat lokasi dan wawancara terhadap mitra yaitu Muhammad Wisnu Sugiyanto di kediamannya, Desa Parengan.

Menurut Sugiyanto, kain tenun ikat Parengan biasanya dibuat menjadi sarung dan diekspor hingga ke Timur Tengah.

 

"Tapi, ada beberapa permasalahan yang timbul dari industri pembuatan tenun ikat tersebut, salah satunya mengenai tidak adanya penanganan limbah pewarna sebelum di buang ke badan Sungai Bengawan Solo," ujar Sugiyanto dikutip dari laman ITS, Jumat (31/12/2021).

Terkait hal itu, dosen kimia dan tim memperkenalkan kepada masyarakat terkait pemanfaatan dan penggunaan teknologi guna mengurangi pencemaran lingkungan.

Baca juga: Unhas Inovasi Bumbu Penyedap Rasa Pakai Bahan Ini

Dijelaskan, teknologi ini berupa reaktor dekolorisasi yang memanfaatkan material-material adsorben kimia yang memiliki kemampuan untuk menyerap polutan yang tinggi serta mampu menjernihkan air limbah.

Pada kolom reaktor ini terdiri dari tiga jenis absorben yaitu batuan silika, batuan mangan, dan arang aktif.

Umumnya jenis pewarna yang digunakan oleh perajin tenun ikat di parengan lamongan adalah pewarna kationik, sehingga mudah untuk terikat dengan gugus anionic pada silika.

Sedangkan arang aktif memiliki multifungsi yaitu menyerap ion logam dan limbah pewarna.

"Selain itu, konsentrasi limbah pewarna yang sangat tinggi sehingga dibutuhkan bantuan oksidator klorin yang menyebabkan pewarna mengendap dan terserap kedalam pori-pori arang aktif yang memiliki kapasitas adsorpsi >900 mg/g," jelas dosen kimia tersebut.

Limbah warna jadi jernih

Pada 27 November 2021, instalasi alat reaktor dilakukan di tempat mitra home industry tenun ikat. Setelah pemasangan reaktor dilakukan, ketua tim abmas menjelaskan kepada mitra serta rekan-rekan mitra bagaimana kinerja dari reaktor dekolorisasi.

Sehingga didapatkan limbah warna yang telah jernih, tidak berbahaya, dan siap di buang ke lingkungan. Dalam proses pemasangan, kendala yang mereka hadapi ialah lambatnya pembuatan rangkaian reaktor dan pelaksanaan pada lokasi pengabdian akibat PPKM.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat termasuk mitra dan rekan pengusaha home industry tenun ikat Parengan lainnya lebih sadar dan peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan akan pencemaran.

Baca juga: Mahasiswa UNS Inovasi Alat Penyaring Limbah Cair Tahu

Selain itu, diharapkan juga pengusaha tenun ikat Parengan dapat menerapkan atau mengaplikasikan ilmu teknologi yang memang sedang berkembang saat ini.

Dengan sikap tersebut, maka akan tercipta masyarakat/pengusaha industri yang berkembang dan desa Parengan dapat menjadi desa cerdas lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com