Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog Unair: Penghapusan Jurusan SMA Beri Kebebasan Siswa Temukan Minat

Kompas.com - 31/12/2021, 11:04 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim menyatakan akan memberikan opsi kurikulum pendidikan baru pada tahun 2022.

Kurikulum tersebut, yakni kurikulum prototipe, bertujuan untuk memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa, seperti literasi dan numerasi.

"Sekolah, akan diberikan waktu yang cukup untuk mempelajari konsep Kurikulum Prototipe, sebelum menyatakan minat untuk menerapkan," ujar Kepala BSKAP Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo melansir laman Kemendikbud Ristek.

Bagi SMA yang memilih menggunakan kurikulum prototipe, maka rencananya siswa tak lagi dibagi dalam jurusan IPA, IPS maupun Bahasa.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Jelaskan Keunggulan Kurikulum Prototipe 2022

Rencana opsi pemilihan kurikulum prototipe di sekolah menjadi perbincangan di media sosial. Kurikulum prototipe pada tahun 2022 ini bersifat opsional dan fleksibel.

Menanggapi kebijakan tersebut, Psikolog sekaligus dosen psikologi Universitas Airlangga, Dewi Retno Suminar mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut sebagai upaya perubahan yang baik. Hal itu karena pada dasarnya ilmu tidak terpisah secara murni.

Bagi Dewi, selama ini mata pelajaran seperti matematika dipelajari oleh semua jurusan, hanya penyebutannya disebutkan matematika minat.

Ketika SMA menghapuskan jurusan itu akan memberikan peluang bagi anak-anak menemukan sendiri minatnya.

“Selain itu akan menghapus penggolongan atau hierarki jurusan. Contoh selama ini disebutkan anak IPA lebih tinggi dari anak IPS,” tambah dosen yang memiliki fokus bidang psikolog perkembangan dan anak dilansir dari laman Unair.

Adanya perubahan kurikulum, sambungnya, selalu mengikuti kemajuan jaman dan keilmuan yang membuat terjadinya perubahan.

Baca juga: 5 Beasiswa S1 yang Buka Januari 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan

Perubahan kurikulum selalu terkait dengan perubahan keilmuan dan kebutuhan di masyarakat. Keangkuhan dari bidang ilmu sudah saatnya didobrak, sehingga tidak ada kasta dalam bidang ilmu.

“Kolaborasi ilmu sudah menjadi tuntutan jaman. Ilmu sains membutuhkan sosial dan sebaliknya. Nah, nilai ini yang harus ada dalam pemahaman anak anak di jenjang SMA, sehingga kesadaran bahwa ilmu itu saling kolaborasi untuk menjadi kuat sudah dimiliki sejak SMA,” terangnya.

Dengan begitu, langkah awal dalam persiapan kurikulum baru bagi pihak sekolah adalah menghapus jurusan yang ada. 

Serta membuat kebijakan peminatan bagi anak-anak dalam prosesnya dengan kebebasan bagi anak menentukan namun difasilitasi penelusuran bakat dan minatnya.

Menurutnya, kebijakan kurikulum baru itu dapat direalisasikan di semua wilayah Indonesia. Lantaran, kebijakan itu menyangkut bagaimana pola pikir anak tidak menjadi terkotak-kotak bidang ilmunya, namun lebih bagaimana minat seseorang.

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti Lulusan SMA-SMK dan D1-S1, Ini Cara Daftar

“Saya yakin dengan berjalannya waktu pasti akan berubah semuanya, karena ini tidak menyangkut tentang dapat diterapkan di daerah atau khusus perkotaan,” ungkapnya. 

Dengan adanya kurikulum baru itu ia berharap tidak terjadi lagi kasta dalam jurusan pendidikan semua bidang atau jurusan baik, semua bidang ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com