KOMPAS.com - Dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, President University (PresUniv), Yunita Ismail Masjud mencoba menarik benang merah antara sampah dan pariwisata.
Kedua isu tersebut dibahas Yunita dalam tema "Implementation of Digital Sustainable Living through Community Engagement in Supporting Jababeka Smart Township Initiative" yang merupakan program pengabdian masyarakat (PKM).
Yunita berkolaborasi dengan dua dosen PresUniv lain, yaitu Felix Goenadi dan Ihsan Hadiahah.
Tema ini dipaparkan Yunita dalam seminar internasional yang berlangsung secara hybrid di Bogor, pada 20-23 Desember 2021.
Seminar yang diselenggarakan PresUniv berkolaborasi dengan PT Jababeka & Co. dan FabLab, ini mendapat dukungan dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas Kemendikbud Ristek.
Seminar internasional ini merupakan pengabdian masyarakat yang mendapatkan pendanaan dari Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa PTS, Ditjen Dikti Ristek Tahun Anggaran 2021.
Yunita menjelaskan, saat ini sampah dan industri pariwisata ibarat dua garis yang bergerak saling menjauh. Jika suatu kota dipenuhi dengan sampah, kinerja industri pariwisatanya bakal suram.
Jadi, kesenjangan garis sampah dan garis industri pariwisata semakin lama menjadi semakin melebar. Upaya untuk mendekatkan kembali garis sampah dan garis industri pariwisata itulah yang dilakukan Yunita dan tim PKM PresUniv.
Baca juga: Kemendikbud Dorong Siswa Jadi Agen Perubahan Pengelolaan Sampah
Yunita memaparkan proses ini bermula dari pemilahan sampah di tingkat rumah tangga.
Sampah dipilah dalam tiga kategori, yakni dapat dimanfaatkan kembali (reuse), dapat didaur ulang (recycle), dan ditingkatkan penggunaannya (upscaled).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.