KOMPAS.com - Selama kondisi pandemi Covid-19, baik siswa maupun guru harus beradaptasi dengan cara pembelajaran yang baru.
Meski pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sudah diperbolehkan, namun siswa mengikutinya secara bergantian. Sehingga para guru tetap harus membuat materi pembelajaran daring.
Perubahan ini bisa saja membawa tekanan bagi guru. Tak hanya guru di sekolah reguler, para guru di sekolah inklusif pun bisa mengalami tekanan atau stres dalam melaksanakan rutinitas pekerjaannya.
Hasil identifikasi tim dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Probolinggo, para guru sekolah inklusif rentan mengalami stres yang disebabkan banyak hal.
Baca juga: Astra Honda Motor Buka 7 Posisi Lowongan Kerja bagi S1, Buruan Daftar
Untuk mengatasi kondisi itu, tim dosen Unesa membantu para guru atasi stres lewat pelatihan manajemen stres.
Tim dosen ini terdiri dari Wulan Patria Saroinsong, Neni Mariana, Irena Mauren dan Muhammad Nurul Ashar.
Ketua pelaksana Wulan Patria Saroinsong menerangkan, pelatihan itu meliputi sesi pembimbingan daring mengenai kondisi stres dan pemicunya.
Dilanjutkan dengan sesi pelatihan luring mengenai manajemen stres dan manajemen perilaku peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK).
"Pelatihan daring bertahap dihelat mulai awal November 2021 yang diikuti sebanyak 25 guru dari berbagai sekolah inklusif di Kabupaten Probolinggo," jelas Wulan seperti dikutip dari laman Unesa, Kamis (9/12/2021).
Baca juga: PPKM Level 3 Batal, Epidemiolog UGM: Perlu Ada Pembatasan Mobilitas
Menurut Wulan, selama pelatihan daring, peserta memperoleh pemahaman mengenai kondisi dan pemicu terjadinya stres.
Pelatihan kemudian dilanjutkan secara luring di SDN Kalisalam I Dringu, Kabupaten Probolinggo. Para peserta memperoleh pemahaman mendalam dan keterampilan baru serta strategi bagaimana melakukan manajemen stress.
"Kami juga adakan sesi penyampaian materi strategi manajemen perilaku peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK)," tandasnya.
Sri Hayati, salah satu peserta dari SDN Kebonagung I menuturkan, pelatihan tersebut membantu mereka mengatasi kecemasan selama mengajar daring.
Baca juga: Tips Memasak Nasi Putih Rendah Gula dari Dosen IPB, Yuk Coba di Rumah
Ia mengakui, pembelajaran daring di masa pandemi cukup menantang, karena itu rentan stres, apalagi ditambah dengan faktor kondisi lain.
"Selama ini kita stres ya tambah stres karena gak paham mau ngapain untuk atasinya. Sekarang kan jadi ada solusi dari hasil pelatihan," ujar Sri Hayati.
Sementara itu, Siti Husnul Chotimah selaku koordinator kelompok kerja guru sekolah inklusif berharap pelatihan manajemen stres ini dapat berlanjut karena sangat bermanfaat untuk guru-guru.
Baca juga: Wujud Sociopreneur, Siswa Olifant Dampingi Anak Panti Asuhan Belajar
Menurutnya, beban guru cukup besar. Guru merupakan perpanjangan tangan orangtua yang menginginkan anak didik tumbuh dan berkembang dengan baik dan maksimal.
"Kadang di lapangan ada saja hal-hal yang membuat guru stres dan itu akan terus terjadi, karena itu pelatihan ini perlu dilakukan secara berkala," terang Siti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.