KOMPAS.com - Peneliti IPB, Noni Noerkalsar menyebut penyaluran bantuan sosial (bansos) pemerintah dinilai masih jauh dari efektif.
Menurut dia, pemberian bansos dan subsidi dengan berbagai skema diupayakan mencukupi kebutuhan dasar masyarakat.
Baca juga: UB: Mahasiswi NWR Pernah Laporkan Pelecehan Seksual di Januari 2020
Salah satunya lewat Jaring Pengaman Sosial (JPS) berupa bansos sembako dan tunai, kartu prakerja, dan kartu harapan.
"Sayangnya program ini menimbulkan permasalahan sendiri. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terjadi ketidaktepatan sasaran penerima bansos," ucap dia dalam acara Brown Bag Seminar yang digelar DJPb Kemenkeu, melansir laman IPB, Selasa (7/12/2021).
Dia mengaku, bantuan ini juga kerap disalahgunakan oleh pemerintah daerah (Pemda).
Tidak hanya itu, permasalahan ini kian diperparah dengan penemuan kasus penyelewengan dana Bansos di tingkat pemerintah pusat.
Berdasarkan riset terdahulu, dapat ditarik benang merah bahwa permasalahan dalam penyaluran bansos terjadi pada sebelum dan setelah pandemi berlangsung.
Dia menambahkan, metode kuantitatif hingga analisis kajian wacana dilakukan untuk menelaah efektivitas penyaluran bansos Covid-19 di Indonesia.
Ditemukan berbagai permasalahan pada setiap jenis bansos.
Sebagian besar diakibatkan oleh database yang tidak akurat dan skema penyaluran yang berbelit-belit. Terutama bagi penyaluran ke wilayah terpencil.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.