Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca Erupsi Gunung Semeru, Pakar ITB Ungkap Bahaya Hirup Abu Vulkanik

Kompas.com - 07/12/2021, 05:44 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasca-erupsi Gunung Semeru, banyak rumah warga yang tertimbun material awan panas guguran Gunung Semeru.

Material abu vulkanik ini perlu diwaspadai karena bisa berbahaya bagi pernapasan siapa saja yang menghirupnya.

Meski dalam kondisi tanggap darurat, masyarakat terdampak erupsi Gunung Semeru tetap harus mengutamakan kesehatannya. Apalagi pasca-erupsi Gunung Semeru masih banyak timbunan abu vulkanik di rumah warga yang terdampak.

Menurut Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman, abu vulkanik kaya akan semen dan akan mudah menempel pada media yang basah.

Baca juga: 15 Jurusan Sepi Peminat di Unpad, Jadi Referensi Daftar SNMPTN 2022

Abu vulkanik bisa menempel di paru-paru

Dia menerangkan, jika abu vulkanik terhirup langsung oleh manusia, akan menempel dan tercetak di paru-paru yang basah dan kandungan oksigennya melimpah.

"Jika abu vulkanik terhirup dapat menyebabkan permasalahan pernafasan akut," kata Mirzam Abdurrachman seperti dikutip dari laman ITB, Senin (5/12/2021).

Mirzam Abdurrachman mengimbau kepada masyarakat yang terdampak material gunung Gunung Semeru untuk selalu menggunakan masker atau kain yang sudah dibasahi air. 

Kain yang sudah dibasahi tersebut bisa digunakan sebagai penutup hidung untuk mencegah efek dari abu vulkanik.

Mirzam mengungkapkan, berkaca dari kejadian erupsi gunung api yang pernah terjadi di Indonesia sebelumnya, sebagian besar masyarakat lebih percaya kepada juru kunci gunung api.

Baca juga: Guru Besar Unesa: Penyandang Disabilitas Istimewa dan Punya Potensi

Masyarakat bisa melakukan self mitigation

Mirzam mengungkapkan, padahal tidak semua masyarakat yang tinggal di lereng gunung api terjangkau dengan internet dan bisa menerjemahkan hasil monitoring aktivitas gunung api dari para ahli.

"Hal ini menjadi catatan khusus. Masyarakat harus terus diedukasi karena mereka adalah obyek yang harus menerima informasi itu," papar Mirzam Abdurrachman.

Dia menekankan, minimal masyarakat bisa melakukan self mitigation dan memahami gejala-gejala gunung api akan meletus.

"Jika tidak, kesalahan di masa lalu dan kerugian yang besar akan terus terulang," tegas Mirzam Abdurrachman.

Melansir dari Kompas.com, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mencatat, hingga Senin, 6 Desember, 2.970 rumah warga terdampak erupsi Gunung Semeru.

Baca juga: Denso Indonesia Buka Lowongan Kerja bagi Lulusan D3, Ayo Daftar

Sebagian rumah warga rusak dan tertimbun material awan panas guguran Gunung Semeru. Sebagian lainnya penuh dengan abu. Selain rumah rusak, BPBD mencatat 14 orang meninggal pasca-erupsi Semeru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com