Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar Unpad Sebut 2 Penyebab Erupsi Gunung Semeru

Kompas.com - 06/12/2021, 19:28 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Nana Sulaksana menyebut banjir lahar yang terjadi akibat erupsi Gunung Semeru dipicu hal ini.

Yakni, aktivitas vulkanik yang bersentuhan langsung dengan cuaca ekstrem di wilayah tersebut.

Baca juga: Pakar UGM: Banjir Bandang Bisa Terjadi Pasca Erupsi Gunung Semeru

"Jadi letusan kemarin bukan tiba-tiba, tapi memang sudah terjadi letusan kegiatan magmatisme jauh sebelumnya. Hanya kemarin saat letusan besar, secara kebetulan bersamaan dengan curah hujan tinggi," ungkap dia melansir laman Unpad, Senin (6/12/2021).

Prof. Nana menjelaskan, dampak besar dari erupsi Gunung Semeru diakibatkan adanya dua gaya yang bekerja, yaitu endogen dan eksogen.

Gaya endogen terjadi dari aktivitas magma yang mendorong material vulkanik naik ke permukaan, sedangkan gaya eksogen diakibatkan hujan ekstrem.

Material vulkanik yang tertumpuk di kubah secara langsung bersentuhan dengan air.

Akumulasi material tersebut kemudian dialirkan oleh air dan hanyut ke bawah melalui lembahan dan sungai-sungai. Akibatnya, banjir lahar mampu menyapu kawasan di lembahan Semeru.

"Kalau tidak ada hujan, maka seluruh material yang keluar sifatnya belum langsung menjadi lahar. Ini karena musim hujan, kebetulan hujan besar, material yang teronggok di atas terkena air, dan hanyut ke sungai," ujar Prof. Nana.

Letusan Gunung Semeru memiliki karakter

Prof. Nana menjelaskan, letusan Semeru memiliki karakter sendiri.

Hal ini disebabkan, setiap komplek gunung berapi di Indonesia memiliki dapur magmanya tersendiri.

Baca juga: 15 Jurusan Sepi Peminat di Unpad, Jadi Referensi Daftar SNMPTN 2022

“Antara satu gunung api dengan yang lain sebenarnya berbeda.

Karena itu, karakternya juga berbeda karena kandungannya berbeda,” ujarnya.

Dilihat dari tipe letusan, berdasarkan hasil penelitian dan historis, Gunung Semeru secara spesifik memiliki erupsi yang besar.

Setelah itu, gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut kemudian akan tertidur kembali.

Karakter ini berbeda dengan gunung-gunung lain semisal Merapi atau Sinabung. Dinamika magma dari gunung tersebut bergerak simultan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com