Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2021, 08:56 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Kini, pelayanan kefarmasian dan kesehatan dalam pengobatan Covid-19 sudah berkembang sangat pesat. Tentu, ada banyak kemungkinan bagi para peneliti untuk menciptakan terobosan baru.

Terobosan itu diharapkan efektif untuk penanganan Covid-19, terutama menggunakan pengobatan tanaman tradisional atau herbal.

Demikian diungkapkan Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin pada seminar nasional Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) bekerjasama dengan Kelompok Kerja Tanaman Obat dan Obat Tradisional (POKJA TOOT).

Baca juga: Tim BKGN UMY Beri Layanan Teledentistry Gratis bagi Masyarakat

Dikatakan, dalam WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023, bahwa pengembangan kesehatan tradisional dititikberatkan pada tiga P (3P), yakni Product, Practice, dan Practicioners.

Pemanfaatan obat modern asli Indonesia di fasilitas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Ini karena dapat digunakan untuk melengkapi pengobatan konvensional, dapat menggantikan kekosongan ketersediaan obat kimia, dan dapat digunakan untuk mengurangi efek samping kemoterapi.

"Dengan adanya terobosan baru dalam penanganan Covid-19 melalui pemanfaatan obat modern asli Indonesia (obat tradisional, red) di fasilitas kesehatan, dapat meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan," ujarnya seperti dikutip dari laman UMY, Jumat (26/11/2021).

Sehingga hal tersebut dapat digunakan untuk melengkapi pengobatan konvensional dan menggantikan kekosongan ketersediaan obat.

Peneliti diharapkan manfaatkan obat tradisional

Melalui seminar ini, Menkes berharap agar para peneliti, apoteker, akademisi, praktisi, profesional kesehatan, mahasiswa, serta para peserta seminar dapat memanfaatkan potensi obat tradisional.

Untuk menjadi destinasi wellness tourism dan herbal tourism (wisata kebugaran dan herbal) baik domestik maupun mancanegara.

Baca juga: 12 Tahun Teliti Bahan Jalan, Akhirnya Dosen UMY Raih Dua Penghargaan

Sementara, Akhmad Saikhu, SKM., MSc.PH., sebagai Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) mengatakan potensi tumbuhan obat harus tetap digali agar manfaatnya lebih luas.

"Seminar seperti ini harus tetap dilakukan, karena potensi tumbuhan obat harus tetap digali agar pemanfaatannya untuk preventif dan promotif kesehatan lebih luas dan peluang penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku obat semakin tingi," terang Akhmad.

Menurutnya, hal ini menjadi lebih krusial di masa pandemi ini, meningkatnya pilihan masyarakat untuk menggunakan produk alami berbahan baku tumbuhan dalam menjaga kesehatannya.

Ia berharap dengan adanya seminar seperti ini, upaya pengintegrasian hasil penelitian tanaman obat dan obat tradisional meningkat.

Dapat gantikan obat anorganik

Sedangkan Rektor UMY Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P., IPM., dalam sambutannya memaparkan pemanfaatan tumbuhan obat sudah seharusnya dilakukan tak hanya melihat dari aspek kontak.

Tetapi juga dari aspek sistemiknya juga. Dengan adanya kajian serta penelitian yang tepat dan komprehensif, hal ini akan menjadikan peluang besar bagi pengembangan obat.

"Dengan penelitian yang tepat serta komprehensif, ini dapat menjadikan peluang yang luar biasa dalam pengembangan lebih lanjut tanaman obat, serta menjadi potensi obat tradisional atau obat organik yang berdayaguna lebih efisien," jelas Gunawan.

Guru Besar UMY bidang Ilmu Tanah ini juga berharap nantinya akan ada follow up dan bertukar informasi antar peneliti ataupun pembicara pada seminar tersebut.

Baca juga: Akhirnya, UMY Miliki Guru Besar Perempuan Pertama

Hal itu perlu dilakukan agar Indonesia bisa menjadi sumber pengembangan tanaman obat menggantikan obat anorganik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com