Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Webinar Unpar Beberkan Tanda-tanda Anak Jadi Korban Bullying

Kompas.com - 22/11/2021, 18:30 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siswa rentan menjadi korban perundungan atau bullying. Tak hanya bisa menjadi korban, tak menutup kemungkinan para siswa juga menjadi pelaku perundungan.

Perundungan atau bullying adalah segala tindakan agresif baik bentuknya verbal, fisikal, sosial atau psikologis, dari seseorang yang memiliki kekuatan lebih kepada orang atau individu yang memiliki kekuatan lebih lemah dan biasanya terjadi pengulangan.

Tindakan perundungan ini tidak bisa disepelekan. Pasalnya bullying memiliki dampak jangka panjang yang berbahaya bagi korbannya.

Merangkum dari laman Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Senin (22/11/2021), ada beberapa tanda yang bisa dikenali jika seorang anak menjadi korban bullying. Selain itu dalam Webinar Rise Against Bullying (RISING) 2021 yang diadakan Unpar juga dibahas bagaimana cara mengatasi tindakan bullying.

Baca juga: Psikolog Unair: Peran Penting Orangtua agar Anak Tidak Kecanduan Gawai

Bullying bisa terjadi di sekolah dan dunia kerja

Praktisioner psikolog Trisa Genia C. Zega mengatakan, bullying berkaitan dengan sebuah pertemanan. Terutama untuk orang-orang yang dalam proses pendidikan. Dalam pertemanan, terdapat kompleksitas yang berpeluang memunculkan adanya bullying.

Menurut Trisa bullying juga dapat terjadi pada siapa saja. Seperti saudara kandung, guru ke siswa, siswa ke guru, orangtua ke guru. Bahkan orangtua ke anak, atasan ke bawahan, bahkan dari orang yang tidak dikenal sekalipun.

"Bukan hanya terjadi di sekolah, namun bullying dapat terjadi dalam dunia kerja. Selama di dalam suatu lingkungan terdapat relasi, dan pergaulan, maka terdapat peluang munculnya masalah bullying," kata Trisa seperti dikutip dari laman Unpar, Senin (22/11/2021).

Baca juga: Inspiratif, Dosen Unsoed Ini Raih Dua Penghargaan Internasional

Tanda-tanda korban bullying

Trisa mengungkapkan, terdapat tanda-tanda yang dapat dikenali pada korban bullying yaitu:

  • Murung atau mengurung diri di kamar
  • Malas ke sekolah atau kampus dan berinteraksi dengan orang-orang terkait
  • Luka, memar, baju sobek, tanpa sebab jelas
  • Mengeluh sakit sebelum ke sekolah atau kampus
  • Sering kehilangan uang atau bekal makanan
  • Cemas dan sulit tidur

Tindakan bullying ini dinilai cukup meresahkan. Trisa menyampaikan, sebanyak 40 persen anak-anak di Indonesia meninggal bunuh diri akibat tidak kuat terhadap bullying.

Baca juga: Keren, Tim Riset ITB Olah Limbah Kopi Jadi Produk Makanan dan Minuman

Sedangkan sebanyak 38,41 persen mengaku pernah menjadi pelaku tindakan perundungan siber. Sebanyak 45,35 persen mengaku pernah menjadi korban.

"Maka yang terpenting untuk dilakukan adalah bagaimana lebih waspada terhadap kasus-kasus bullying," ungkap Trisa.

Bentuk perundungan atau bullying

Trisa mengungkapkan, terdapat bentuk perundungan yang paling sering dilakukan, antara lain:

  • Exclusion seperti pengucilan kawan.
  • Denigration seperti pencemaran nama baik atau fitnah.
  • Harassment yang bisa berupa meninggalkan komentar kasar atau meneror melalui pesan beruntun.

"Dan biasanya memiliki kekhasan di setiap usia maupun pada jenis kelamin tertentu," tutur Trisa.

Baca juga: 5 Mata Kuliah Ini Bakal Dipelajari jika Pilih Jurusan Farmasi

Ajak masyarakat menyadari dampak besar bullying

Dia menambahkan, ciri-ciri orang yang suka melakukan bullying adalah tidak suka apabila melihat orang yang bahagia. Pelaku bullying akan berusaha bagaimana caranya supaya korban menderita.

"Sebetulnya ada sesuatu hal yang terjadi kepada pelaku bullying ini sehingga mereka tidak ingin orang lain hidupnya bahagia," imbuhnya.

Trisa berharap agar masyarakat lebih banyak yang menyadari bahwa bullying memiliki dampak serius terhadap korban maupun terhadap pelaku.

Baca juga: Kisah Haru, Balita Ini Mewakili Wisuda Ayahnya yang Meninggal

Karena korban akan mengalami permasalahan dalam kesehatan mental. Bullying yang dialami anak dapat terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.

"Karena korban merasa tidak berdaya, dianggap bercanda, terjadi secara terselubung yang sulit dibuktikan, dan tidak ada yang menyadari bahwa ini bahaya," tutup Trisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com