Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadiem Tak Biarkan Intoleransi Terjadi di Dunia Pendidikan

Kompas.com - 20/11/2021, 21:12 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain kekerasan seksual di dunia pendidikan, masih ada permasalahan lain yang perlu dituntaskan.

Masalah lain yang kerap ditemui di dunia pendidikan yakni intoleransi dan perundungan.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan, dia berkomitmen bahwa segala bentuk intoleransi tidak akan dibiarkan terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia.

"Prakondisi dari pembelajaran adalah perasaan aman psikologis bagi para murid dan guru-gurunya," kata Nadiem seperti dikutip dari laman Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Ristek, Sabtu (20/11/2021).

Menurut Nadiem, hubungan psikologis antara guru, orangtua, dan teman di sekitar kampus, memegang peranan penting dalam keberlangsungan ekosistem pembelajaran yang kondusif.

Baca juga: Mahasiswa UM Surabaya Bikin Mie Instan Sehat dari Daun Kelor

Intoleransi juga menjadi dosa besar dunia pendidikan

Sehingga ekosistem yang tidak kondusif seperti hal-hal intoleran yang terjadi di dalamnya, tidak boleh dibiarkan ada di lingkungan pendidikan.

"Masa depan dia (korban) terancam, dengan adanya trauma yang diakibatkan dosa besar tersebut," imbuh Nadiem.

Kebijakan Kemendikbud Ristek saat ini juga merambah pada nilai-nilai keberagaman dan toleransi.

Hal ini terlihat pada program Kampus Merdeka dan pertukaran pelajar baik di dalam negeri maupun luar negeri.

"Mereka (mahasiswa) akan praktik langsung mengenai toleransi dalam kerukunan antaragama (dari program ini)," ungkap Nadiem.

Baca juga: Teleskop Robotik Pemantau Bulan Internasional Itera Mulai Beroperasi

Keberagaman merupakan hal wajar

Senada dengan itu, Sekretaris Umum (Katib Aam) PBNU, Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa keberagaman merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Siapapun berhak memiliki cara pandang yang berbeda tentang suatu kebajikan.
Satu sama lain tidak boleh memaksakan kehendak atas kepercayaan yang dianut, dan setiap orang harus diperlakukan secara adil dan setara.

"Peniadaan prasangka, tidak boleh ada paksaan. Kita harus berbuat adil kepada sesama, ini merupakan basis ajaran fundamental dalam Islam," tegas Yahya.

Baca juga: Webinar IPB: 2 Bentuk Pelecehan Seksual Ini Sering Disepelekan

Sebagai bentuk penerapan toleransi antarumat beragama yang baik, Mendikbudristek bercerita tentang pengalamannya mengunjungi salah satu sekolah di Medan. Sekolah tersebut kata dia, memiliki empat fasilitas ibadah, yaitu: masjid, gereja, wihara, dan pura.

"Pada saat menerima saya, dilafalkan empat doa berbeda pada waktu yang bersamaan, sangat menginspirasi saya," tandas Yahya.

Saling menghormati keyakinan satu sama lain

Sementara itu Rohaniwan Katolik, Franz Magnis Suseno menambahkan, pengenalan terhadap latar belakang orang lain diperlukan supaya masing-masing individu dapat saling menghormati keyakinan satu sama lain.

Baca juga: Bantu Tangani Kekerasan Seksual, Mahasiswa Unair Ciptakan Aplikasi Ini

Franz mengingatkan, agar seluruh lapisan masyarakat mawas diri dengan keragaman yang terjadi di sekitarnya. Ia menekankan bahwa tidak selalu yang berbeda itu mengancam, mencurigakan, atau membahayakan. Meskipun tingkat kewaspadaan juga harus senantiasa kita utamakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com