Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Undip: Ragam Obat Herbal Ini Bisa Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Kompas.com - 14/11/2021, 21:29 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia memiliki beragam tanaman yang bisa dijadikan sebagai obat herbal. Bahkan obat-obatan herbal ini juga dipercaya bisa mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit.

Mengonsumsi obat herbal juga bisa untuk meningkatkan daya tahan tubuh, terlebih dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Dewan Profesor Senat Akademik Universitas Diponegoro (DP SA Undip) mendorong penggunaan obat herbal untuk meningkatkan imunitas menghadapi Covid-19.

Ketua Senat Akademik Universitas Diponegoro (Undip), Prof. Edy Rianto menyampaikan, obat herbal merupakan obat tradisional warisan nenek moyang di bidang kesehatan.

Baca juga: Unpad Buka Lowongan Kerja Jadi Tendik Tetap bagi Lulusan SMK-S1

Obat herbal untuk corona

Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai potensi tanaman yang secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional.

"Bahkan sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam memanfaatkan herbal untuk pengobatan dan juga kecantikan," kata Prof. Edy seperti dikutip dari laman Undip, Minggu (14/11/2021).

Edy menerangkan, ada beberapa obat herbal yang dipercaya bisa melawan Covid-19, antara lain:

  • Jahe merah
  • Kencur
  • Temulawak

"Ramuan tradisional sudah dipercaya ratusan tahun bisa menangani penyakit. Oleh karena itu, setiap ada penyakit yang mewabah, seperti Covid-19 ini pun obat tradisonal dipercaya sebagai salah satu untuk penanggulangan penyakit," jelasnya.

Baca juga: Siswa, Seperti Ini Tips Jalin Pertemanan yang Sehat

Obat herbal sudah dikenal sejak dulu

Sementara itu Ketua Dewan Profesor Undip, Prof. Purwanto menjelaskan, obat herbal sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak nenek moyang. Contohnya, masyarakat yang berusia 50 hingga 60 tahun, semasa kecil banyak diberi obat herbal jika mengalami sakit tertentu.

Menurutnya, seiring perkembangan zaman, obat herbal sangat menarik dikembangkan. Muncul beberapa penelitian bisa membuat obat herbal yang sifatnya tradisional dan dikenal sebagai jamu dibuat dengan kemasan modern dan higienis.

"Kini, orang dengan mudah menggunakan obat herbal. Dibanding dengan obat herbal yang zaman dulu, saat akan mengonsumsi harus disiapkan dulu ramuannya dan butuh waktu lama," terang Prof. Purwanto.

Obat herbal dimanfaatkan untuk mengobati Covid-19

Purwanto berharap, di masa yang akan datang, obat herbal bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mengobati Covid-19. Atau setidaknya menjaga ancaman Covid-19 dengan memberikan imunitas maksimal.

Baca juga: Yuk Intip Model Pembelajaran di Singapura

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Mochammad Abdul Hakam menambahkan, pemanfaatan obat herbal digunakan bagi pasien Covid-19 yang dirawat di rumah dinas Walikota Semarang. Namun pemberiannya mengacu komposisi sesuai aturan. Obat herbal yang digunakan seperti kayu India, daun sambiloto, pepaya, dan daun kelor.

Dokter Neni Susilaningsih dari Fakultas Kedokteran Undip menambahkan, saat ini telah banyak dilakukan penelitian tentang herbal. Meliputi standarisasi bahan, uji pra-klinik dan uji klinik untuk bukti ilmiah penggunaan herbal sebagai obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

Tanaman herbal untuk jamu

Jenis jamu yang banyak dikomsumsi adalah sambiloto, rebusan jahe, habbatussauda, empon-empon seperti jahe, kunyit, sereh, kayu manis, dan gula jawa, dan temulawak.

Prof. Meiny Suzery dari Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Matematika Undip menyampaikan, dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki, diharapkan obat herbal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Baca juga: Menko PMK Minta Unej Berpartisipasi dalam Penanganan Stunting

Untuk sementara, dari kajian medis ada tanaman herbal yang diakui bisa meningkatkan kekebalan tubuh dalam menghadapi Covid-19. Diantaranya brotowali, kunyit, jahe, dan tanaman kemangi, curcuma, dan masih banyak lagi.

"Curcuma misalnya, bisa mencegah replikasi virus Covid-19, karena dihambat oleh senyawa yang ada di dalamnya," pungkas Prof. Meiny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com