Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Menggerakkan Sendi Bisa Berbunyi 'Krek'? Ini Kata Dosen UMM

Kompas.com - 13/11/2021, 21:07 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika mengalami kelelahan, beberapa orang melakukan perenggangan dengan membunyikan sendi-sendi di jari tangan ataupun leher.

Sebagian masyarakat, menyebutnya mulet, ngulet, sesuai bahasa daerah di masing-masing wilayah. Dalam istilah medis proses peregangan yang menghasilkan bunyi itu disebut dengan istilah kavitasi.

Bagi sebagian orang, saat meregangkan sendi hingga berbunyi ‘krek’, seolah membuat sendi tangan atau leher terasa lebih enteng. Bunyi inilah, yang biasa disebut dengan popping.

Baca juga: Mahasiswa UMM Olah Kulit Kacang Tanah untuk Obat Alternatif Asam Urat

Dosen Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Zidni Imanurrohmah Lubis, menjelaskan bahwa bunyi yang dihasilkan saat proses peregangan merupakan hasil dari kompresi di dalam sendi.

Kompresi tersebut menyebabkan pelepasan atau letupan gelembung nitrogen di cairan antar sendi, di mana cairan antar sendi berfungsi sebagai pelumas.

“Namun antar sendi biasanya memiliki kadar nitrogen yang berbeda. Jadi ada saatnya proses kavitasi tidak menghasilkan bunyi popping," ujarnya dilansir laman UMM. 

Sebagian orang biasanya melakukan kavitasi karena merasa senang atau lega dengan bunyi popping yang dihasilkan.

"Apalagi saat berada di posisi yang sama dalam waktu yang lama. Kavitasi seringkali jadi pilihan masyarakat," ujar dosen asal Malang tersebut. 

Zidni, sapaan akrabnya, kembali menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa proses kavitasi ini berkorelasi negatif maupun positif terhadap tubuh.

Asal tidak melakukan peregangan secara berlebihan, kavitasi ini tergolong aman untuk dilakukan.

Baca juga: Di Tangan Mahasiswa UMM, Daun Belimbing Wuluh Jadi Antibakteri

“Umumnya proses kavitasi tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Apabila pada proses tersebut diikuti dengan rasa nyeri ataupun sakit di persendian, saya sarankan untuk segera periksa ke Rumah Sakit (RS) maupun Fisioterapis,” kata Zidni melanjutkan.

Zidni mengatakan bahwa meskipun cukup aman dilakukan, ada beberapa kasus di mana kavitasi bukan menjadi solusi utama.

Kasus-kasus tersebut yaitu saat berada dalam kondisi kelelahan dimana otot terasa kaku maupun gerak sendi yang terbatas. Adapula kondisi ketika otot-otot masih terasa nyeri.

“Dibanding melakukan kavitasi, lebih baik kita melakukan stretching. Penguluran otot tersebut dapat dilakukan dengan menahan posisi stretching selama 20-30 detik agar pengulurannya optimal. Sehingga memberikan rasa lega seperti yang dirasakan saat melakukan kavitasi,” jelasnya.

Zidni menambahkan, masyarakat bisa pergi ke Fisioterapi ketika ingin melakukan kavitasi secara profesional.

Baca juga: Peneliti Unair: Madu dari Lebah Ini Bantu Atasi Osteoporosis

“Meskipun proses kavitasi dan suara 'popping' bukan tujuan utama penanganan, namun fisioterapis memiliki kompetensi dalam joint manual mobilization atau mobilisasi sendi manual. Sehingga akan lebih aman karena dilakukan bersama orang yang tahu dan paham terkait hal itu,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com