Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perjuangan Orangtua Dampingi Anak PJJ di Masa Pandemi Covid-19

Kompas.com - 13/11/2021, 13:02 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Selama 1,5 tahun anak-anak Indonesia menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Itu karena, pandemi Covid-19 menghantui berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Perjuangan Guru Jalani PJJ Sepanjang 1,5 Tahun

Sepanjang itulah anak-anak Indonesia dituntut bisa belajar online. Meski kebanyakan orang tidak menyukai metode pembelajaran tersebut.

Salah satunya orangtua bernama Khairani Siagian.

Dia memiliki dua anak, yang pertama menjadi siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bidang penerbangan. Sedangkan yang kedua sedang kuliah mengambil D3 di Kampus Uhamka.

Rani biasa dia disapa menyatakan, belajar online membuat para orangtua pusing bukan kepalang.

Itu karena, perangkat atau alat yang digunakan belajar online begitu banyak, seperti handphone, internet, dan lainnya.

Apalagi, kata dia, ada gangguan koneksi internet, itu membuat pusing para orangtua.

"Aplikasi belajar online juga begitu banyak, jadi memang kita harus serba tahu, agar anak kita tetap bisa belajar dan tidak ketinggalan pelajaran," ungkap dia kepada Kompas.com, Rabu (10/11/2021).

Saat belajar online, bilang dia, anak-anaknya harus mencerna mata pelajaran dengan baik, khususnya yang berkaitan dengan pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris.

"Kedua mata pelajaran itu banyak yang harus dicerna, kadang kalau tidak dicerna dengan baik, anak-anak akan cepat ketinggalan pembelajaran," ungkap dia.

Dia menyebut, kunci belajar online adalah disiplin. Jika tidak disiplin, maka ilmu yang diberikan tidak bisa dicerna baik oleh para siswa.

Baca juga: Pelaksanaan PTM Lebih Mudah Dimengerti Dibanding PJJ

Makanya, dia bersyukur sekali karena sudah dibuka kembali pembelajaran tatap muka (PTM).

Dengan pembelajaran tatap muka, anak-anak mempunyai kembali semangat belajar. Karena, dia bertemu teman-teman lainnya dan memperoleh uang jajan.

"Jadi pas PTM tidak malas-malasan lagi. Dulu belajar online, pasti malas-malasan belajarnya. Mengerjakan pekerjaan rumah (PR) juga anak-anak malas-malasan, jadi nilai yang diberikan guru banyak yang jelek. Saat PTM, sudah ada semangat lagi belajarnya, kita bersyukur itu," tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com