Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Niknik M. Kuntarto
Dosen UMN. Ahli linguistik forensik.

Dr. Niknik M. Kuntarto, M.Hum, selain Dosen UMN, juga aktif sebagai ahli linguistik forensik dan pegiat bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) di bawah Yayasan Kampung Bahasa Bloombank Indonesia.

Geliat Pegiat BIPA Menyambut KTT G20

Kompas.com - 26/10/2021, 13:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Niknik M. Kuntarto

KOMPAS.com - Tidak ada satu pun orang asing yang mau terasing ketika berada di negeri lain. Secara alami mereka akan berusaha mengenal kebudayaan negara tersebut agar tidak merasa terasingkan.

Sama seperti ketika akan memasuki sebuah negara, sebelumnya kita akan berusaha mencari informasi tentang budayanya. Salah satu cara mengenal budaya suatu negara adalah melalui bahasanya.

Dalam waktu dekat, Indonesia akan menjadi tuan rumah bagi negara-negara yang tergabung dalam G20, sebuah forum ekonomi dunia yang memiliki posisi strategis.

Selain momentum strategis mempromosikan pemulihan ekonomi dunia yang inklusif, presidensi G20 Indonesia juga merupakan momentum strategis memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia ke mata dunia.

Indonesia sebagai tuan rumah akan ikut berperan menentukan agenda prioritas dan memimpin rangkaian pertemuan G20, termasuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang akan dilaksanakan pada Oktober 2022 di Bali.

Ini berarti terdapat peluang yang baik bagi pemerintah dalam menginternasionalisasikan bahasa Indonesia.

Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 Pasal 44 telah mengamanahkan cita-cita luhur untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Bagaimana upaya menuju ke arah itu?

Baca juga: 7 Alasan Orangtua Perlu Ajarkan Anak Dua Bahasa Sejak Dini

KTT G20 dan Peran Bahasa Indonesia

Pertama, mari kita ingatkan kembali niat tulus pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia, tepatnya pada Pasal 5 yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi presiden, wakil presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri.

Kemudian, Pasal 7, menjelaskan bahwa penyampaian pidato resmi presiden atau wakil presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 pada forum nasional dan forum internasional yang diselenggarakan di dalam negeri dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Selanjutnya, Pasal 27, Ayat (1) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia dan Ayat (3) menambahkan bahwa forum yang bersifat internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan forum yang berskala antarbangsa, berdampak internasional, dan diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan/atau masyarakat, baik dengan dukungan maupun tanpa dukungan pihak asing. Dalam forum yang bersifat internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3), warga negara asing dapat menggunakan bahasa asing dan penyelenggara wajib menyediakan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Sungguh janji yang sangat indah bukan? Mari kita nantikan bahasa Indonesia akan berkumandang di forum ekonomi G20 di Bali!

Kedua, ini berita yang membahagiakan bagi pegiat bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), baik bagi pengajar mandiri maupun lembaga. Ini saatnya pegiat BIPA bangkit pascapandemi.

Bagi beberapa lembaga BIPA, pandemi Covid-19 sungguh telah berhasil memorakporandakan program-program BIPA yang telah tersusun dan mampu mengembalikan pemelajar BIPA kembali ke negaranya.

Namun, itu bukan berarti pada akhirnya BIPA menjadi lemah, justru sebaliknya, bagi beberapa lembaga BIPA lainnya, pandemi telah membuat orang berkreasi tanpa batas dengan menciptakan pembelajaran jarak jauh dengan variasi metode belajar, media, dan bahan ajar yang unik dan menarik dan memanfaatkan secara maksimal aplikasi belajar berbasis digital.

Kondisi tersebut membuat BIPA pada akhirnya mampu bertahan dan tetap dapat berkontribusi bagi bangsa dan negara dalam memperkenalkan bahasa Indonesia kepada penutur asing.

Di Mana Bahan Ajar BIPA?

Pemilihan bahan ajar BIPA selalu menarik perhatian, dinamis, dan menantang para guru. Terlebih ketika peserta BIPA yang dihadapi adalah peserta didik dengan tujuan khusus, bisnis misalnya.

Mereka memerlukan bahan ajar yang berhubungan dengan komunikasi di dalam dunia bisnis, sedangkan bahan ajar yang tersedia bersifat umum. Dengan demikian, guru harus menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta BIPA atau bahan ajar bertujuan khusus.

Baca juga: 8 Universitas dengan Jurusan Bahasa Asing Terbaik di Indonesia

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyitno yang mendukung pandangan bahwa materi belajar mengajar Indonesia untuk orang asing memiliki penekanan dan karakteristik unik yang berbeda dibandingkan dengan bahan belajar mengajar Indonesia untuk masyarakat umum (Suyitno, 2018).

Salah satu fitur penting bahan ajar BIPA adalah sorotan pada latar belakang budaya yang berbeda dari para pesertanya. Oleh karena itu, analisis kebutuhan peserta dalam program pengajaran dan pembelajaran BIPA serta norma pedagogik pengajaran bahasa adalah prasyarat tertentu dalam proses pemilihan bahan ajar BIPA.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Program BIPA Bisnis UMN, peserta BIPA bertujuan khusus komunikasi bisnis memerlukan bahan ajar yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam dunia pekerjaan.

Peserta BIPA membutuhkan bahan ajar yang bisa membuatnya mengerti saat mendengar berita bisnis di televisi. Mereka membutuhkan bahan ajar yang bisa membuat mereka mengerti dan memahami saat membaca berita bisnis pada sebuah majalah, surat kabar atau membaca surat-surat pengumuman, perjanjian, atau perizinan.

Mereka juga membutuhkan keterampilan berbicara ketika berpresentasi di kantor, bernegosiasi dengan rekan kerja, dan membangun bisnis dengan perusahaan lain. Mereka juga membutuhkan keterampilan menulis dalam membuat surat atau laporan kerja dalam bahasa Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seorang guru BIPA selalu harus tampil di hadapan peserta BIPA dengan persiapan yang maksimal. Berdasarkan data observasi, karena bahan ajar yang tersedia masih bersifat umum, guru BIPA sibuk dengan kegiatan penyediaan bahan ajar komunikasi bisnis.

Mereka harus melayani permintaan peserta BIPA Bisnis dengan mengunduh rekaman berita bisnis dari internet atau mencari majalah dan surat kabar yang memuat berita bisnis. Setelah itu, guru memiliki tugas menyederhanakan bahasa dan merangkum menjadi bahan ajar yang siap diberikan kepada peserta BIPA.

Semua dilakukan menjelang beberapa hari pelajaran dimulai. Satu hari sebelumnya, guru pun harus mengirimkan bahan rangkuman yang berasal dari rekaman atau bacaan tersebut kepada peserta.

Belum lagi, guru juga harus mempersiapkan metode mengajar, media ajar, dan evaluasi agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana pengajaran.

Jika semua komponen tidak dilakukan, guru BIPA akan berhadapan dengan berbagai masalah. Pertama, bahan tidak dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta BIPA karena kurang sesuai.

Baca juga: Salah Kaprah Bahasa, antara Ketidaktahuan dan Kemalasan (2)

 

Kedua, peserta BIPA kecewa dan frustasi karena sulit memahami bahasa Indonesia karena bahan terlalu sulit. Ketiga, bisa saja, peserta asing tidak bersemangat belajar bahasa Indonesia karena media ajar kurang menarik.

Keempat, tidak menutup kemungkinan, guru memasuki kelas dan ternyata semua peserta meninggalkan kelas karena kurang tergugah dan tergairahkan.

Semua terjadi karena guru BIPA akan berhadapan dengan berbagai peserta yang berasal dari berbagai negara dengan warna-warni budaya, dengan latar belakang sosial yang beragam, dan dengan kecerdasan yang jamak.

Pengalaman ini seringkali dirasakan bukan hanya oleh pengelola BIPA yang baru memulai kegiatan dalam pengajaran BIPA, melainkan juga pengelola BIPA yang telah berpengalaman selama puluhan tahun dalam menyelenggarakan program BIPA.

Inilah yang menyebabkan selalu ramainya forum pertemuan dihadiri oleh para pegiat BIPA. Mereka butuh berdiskusi, saling tukar pikiran, dan berbagi pengalaman di antara guru, pegiat, dan pengelola BIPA.

Akhirnya, kebutuhan tersebut menjadi tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Guru BIPA harus terampil mempersiapkan bahan ajar BIPA yang menarik, menggugah, dan menggairahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com