Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Growth Center
Powered by Kompas Gramedia

Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.

Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan (idiosyncrasy) mereka.

Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke info@growthcenter.id.

 

Refleksi Diri: Apakah Saya Lincah dalam Belajar?

Kompas.com - 20/10/2021, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Kelincahan belajar (learning agility) merupakan kemampuan yang diperlukan dalam dunia kerja untuk saat ini dan waktu yang akan datang. Namun, bagaimana cara kita mengetahui apakah kita seorang pembelajar yang lincah?

Kemampuan learning agility dapat diukur dengan asesmen yang dibuat oleh Profesor W. Warner Burke, yang merupakan seorang profesor dari fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Columbia, Amerika Serikat.

Asesmen ini diberi nama Burke Learning Agility Inventory yang penyusunannya sudah berdasarkan penelitian yang dilakukan olehnya dan tim selama satu dekade pada berbagai perusahaan di seluruh dunia sehingga reliabilitas dan validitasnya sudah teruji.

Asesmen learning agility ini sudah digunakan oleh pemimpin bisnis di seluruh dunia dari berbagai perusahaan. Asesmen ini juga meneliti hubungan kelincahan belajar dengan berbagai aspek lain, seperti kognitif, perilaku, dan kepribadian.

Meskipun asesmen ini sudah cukup baik untuk digunakan, akan tetapi pada hakikatnya sebuah alat hanyalah sarana untuk memberikan gambaran tentang apa yang ingin diketahui. Terdapat beberapa konteks dalam asesmen yang perlu dipahami.

Pertama, skor yang tertera sebagai hasil asesmen learning agility tidak serta merta menunjukkan seseorang merupakan pembelajar yang lincah atau tidak.

Akan tetapi, asesmen ini dapat dijadikan petunjuk yang memberikan wawasan mendalam mengenai perkembangan seseorang. Kedua, asesmen ini menggunakan persentil 0-100 untuk membandingkan skor individu dengan suatu populasi.

Persentil ini ditujukan untuk mengetahui tingkat skor individu sesuai dengan norma yang ditetapkan berdasarkan suatu populasi.

Baca juga: Tips Mudah Mengembangkan Grit

 

Ketiga, asesmen ini adalah self perception inventory, artinya individu tersebutlah yang menentukan hasil skor dengan memahami, merefleksikan, dan menghubungkannya berdasarkan perilaku sehari-hari yang divalidasi oleh rekan kerja dan manajer.

Terakhir, hasil laporan asesmen yang perlu diperhatikan bukan pada skor akhirnya, tetapi apa yang dapat diimplementasikan dalam pekerjaan dari hasil wawasan mendalam yang muncul.

Maka dari itu, untuk mendapatkan wawasan yang dibutuhkan, bagaimana tahapan memahami hasil dari asesmen?

Pertama, membaca semua laporan tanpa terkecuali. Kedua, refleksikan dimensi yang paling tinggi juga yang paling rendah untuk memfokuskan dimensi yang paling mendukung dan dimensi yang perlu ditingkatkan dalam perkembangan pribadi.

Ketiga, pilih hasil masukan yang paling berhubungan dengan diri sendiri dan mampu diimplementasikan dalam situasi kerja. Keempat, memvalidasi hasil asesmen dengan orang yang dipercaya.

Tahapan ini dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi dan membuat rencana pengembangan diri sebagai pembelajar yang lincah.

Dimensi-dimensi apa saja yang menjadi tolak ukur dalam asesmen learning agility? Sembilan dimensi dalam hasil asesmen learning agility perlu untuk direfleksikan sebagai dasar dalam pengembangan diri.

Pertama, mencari masukan (feedback seeking) yaitu mencari masukan/pendapat orang lain mengenai perbaikan performa pekerjaan. Masukan ini didapatkan dari para pihak yang berhubungan dengan pekerjaan.

Kedua, rajin mencari informasi (information seeking), yaitu mencari dan memperbarui informasi atau ilmu mengenai topik yang relevan dengan pekerjaan baik melalui pelatihan ataupun pendidikan formal.

Semua sumber informasi valid dan relevan (mis: jurnal akademik, koran, buku, dll) dapat dijadikan referensi untuk mengumpulkan data guna meningkatkan pengetahuan.

Ketiga, pengambilan risiko kinerja (performance risk-taking) yaitu mencari aktivitas baru yang menyajikan kesempatan bagi individu berupa peran/tugas yang menantang. Aktivitas baru ini juga dapat berupa mengambil pekerjaan yang berisiko bahkan jika hasilnya tidak pasti atau berkemungkinan gagal.

Keempat, pengambilan risiko interpersonal (interpersonal risk-taking), yaitu mampu mendiskusikan perbedaan ataupun masalah dengan orang lain yang merujuk pada perubahan dan pembelajaran individu.

Kemudian, individu juga mampu bertanya kepada orang lain untuk meminta bantuan dan membicarakan kesalahan diri dengan orang lain.

Baca juga: Grit, Rahasia Awal di Balik Kesuksesan Setiap Orang

Selanjutnya, yang kelima adalah kolaborasi, dengan mencari cara untuk bekerja dengan orang lain guna memanfaatkan pengetahuan, keahlian, dan keunikannya. Individu juga mampu bekerja sama dengan berbagai latar belakang atau fungsi kerja yang berbeda untuk berbagi perspektif.

Keenam, eksperimen, yaitu mengujicobakan hal-hal baru dalam pekerjaaan untuk menetapkan teknik kerja atau cara yang efektif. Tentu saja ide atau pendekatan baru yang berbeda perlu pertimbangan yang bijak agar memberikan hasil yang terbaik.

Ketujuh, merefleksikan, yaitu memikirkan kinerja yang perlu ditingkatkan agar bekerja secara lebih efisien dan efektif.

Ketujuh dimensi tersebut merupakan bagian dari belajar menjadi seorang pembelajar yang lincah. Kemudian, terdapat dua dimensi agar menjadi lincah (agile) saat belajar, yaitu fleksibilitas dan kecepatan.

Fleksibilitas mengenai bagaimana kita belajar untuk menerima pendapat, ide, dan opsi yang berbeda untuk mengajukan solusi yang baru. Fleksibilitas berarti mampu mengartikulasikan ide dan perspektif yang berbeda agar menjadi selaras.

Terakhir, kecepatan yaitu bagaimana individu memilah dan mengambil kesempatan maupun solusi secara cepat dan membuang sesuatu yang buruk. Fleksibilitas dan kecepatan sulit untuk tercapai apabila tujuh dimensi pembelajar lincah tidak dipahami secara baik.

Baca juga: 4 Tipologi Grit: Kamu Termasuk yang Mana?

 

Untuk menjadi seorang pembelajar yang lincah harus belajar tujuh dimensi sebelumnya, kemudian melakukan kedua dimensi fleksibilitas dan kecepatan agar menjadi lincah (agile).

Jadi apakah kamu tertarik untuk mengukur kelincahan belajarmu?

Sesi berikut dari tema ini memberikan gambaran bagaimana kamu bisa mempelajari hasil asesmen Burke Learning Agility Inventory dan memahami dimensi-dimensi yang terdapat pada kursus Kepemimpinan yang Dinamis Di Era Disrupsi hanya di Kognisi.

Nantikan artikel selanjutnya, yang sekaligus menjadi penutup dari topik ini. Stay tuned!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com