Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2021, 09:53 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim mengungkapkan sekitar 80 persen orangtua siswa menginginkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi anak-anaknya.

Artinya, banyak pihak yang menyadari untuk segera mengurangi dampak permanen dari krisis pembelajaran akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: 15 Sekolah Terbaik di Jawa Tengah Berdasarkan Nilai UTBK 2021

Namun, baru 55 persen sekolah yang membuka PTM terbatas.

"Orang tua adalah garda depan (pemenuhan) kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka harus berperan akif agar sekolah disiplin menjalankan protokol Kesehatan (prokes)," kata dia melansir laman Kemendikbud Ristek, Minggu (17/10/2021).

Nadiem mengaku, peranan guru pun dinilai sangat penting dalam suksesnya PTM terbatas dan menghadirkan layanan pendidikan yang aman dan nyaman.

"Berkat ketangguhan ibu dan bapak, kita telah berhasil melewati masa yang penuh tantangan. Saat ini telah mulai melaksanakan PTM terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat demi keselamatan semua warga sekolah," jelas Mendikbud Ristek.

"Sekali lagi, peran ibu dan bapak guru sangat besar dalam menyukseskan PTM terbatas," kata Nadiem.

Menteri Nadiem mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas pengabdian para guru Indonesia yang terus bergerak menghadirkan layanan pendidikan di tengah segala keterbatasan.

"Terima kasih atas kerja keras dan dedikasi Ibu dan Bapak dan Ibu guru dalam mendidik anak-anak Indonesia agar menjadi Pelajar Pancasila yang cerdas berkarakter," ucap dia.

Pemerintah, terang Nadiem, juga terus berupaya meningkatkan kesejahteraan para guru Indonesia.

"Kami terus berupaya mendengarkan masukan dari ibu dan bapak, serta memprioritaskan peningkatan kesejahteraan dan kualitas guru demi kemajuan Indonesia di masa mendatang," jelas dia.

Baca juga: Pelaksanaan PTM Lebih Mudah Dimengerti Dibanding PJJ

Dampak negatif bila tak dilakukan PTM terbatas

Nadiem menyebut, ada sejumlah dampak negatif jika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan dalam jangka waktu berkepanjangan.

Misalnya potensi memudarnya capaian belajar (learning loss). Hingga memburuknya kesehatan psikis anak-anak Indonesia akan semakin besar.

Untuk mencegah kekhawatiran itu, pemerintah terus mendorong terselenggaranya PTM terbatas.

Namun kebijakan ini juga dilakukan dengan perhitungan matang, seperti satuan pendidikan perlu memiliki sarana dan prasarana yang memadai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com