Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog UGM: Ciri-ciri Hubungan Beracun dan Cara Menghindarinya

Kompas.com - 28/09/2021, 18:45 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Tak hanya menimbulkan dampak yang kurang menyenangkan secara emosional, hubungan yang beracun (toxic relationship) juga kerap menimbulkan ketidaknyamanan secara sosial, fisik maupun seksual.

Psikolog sekaligus Ketua Health Promoting University dan Guru Besar FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Yayi Suryo Prabandari menjelaskan ciri hubungan beracun.

Apa itu hubungan beracun?

Dalam literatur, Yayi menjelaskan hubungan beracun dikenal dengan relationship abuse, yaitu hubungan yang disalahgunakan dan menimbulkan akibat yang kurang menyenangkan secara emosional, sosial, fisik dan seksual.

Baca juga: 7 Kampus Terbaik Indonesia Versi Mosiur 2021, UGM Ranking 1

Menurutnya, tanda-tanda hubungan beracun antara lain pasangan yang memanipulasi, tidak konsisten, tidak mau meminta maaf, tidak punya sifat empati dan simpati, dan hanya mau senangnya saja atau sesuai dengan keuntungan dirinya.

Sementara itu, pasangan yang toksik dapat dikenali dengan beberapa ciri, yaitu terlalu sibuk dengan dunia maya, terus mengkritik, mengekspresikan ketidaksukaan secara tak langsung, menghindari hubungan emosional dengan orang lain, dan menyembunyikan masalah.

Yayi menjelaskan bahwa hubungan beracun dapat mengakibatkan cemas dan stres, mempunyai masalah kepercayaan, kesehatan mental yang terganggu, gangguan dalam kehidupan sehari-hari, serta trauma, tidak nyaman dan tidak aman (insecure).

Sayangnya, Yayi mengungkap banyak orang yang tidak menyadari saat dirinya "terjebak" dalam hubungan yang beracun.

"Hubungan beracun kadang tidak disadari baik dalam berteman, berelasi (bila telah bekerja) dan berpacaran yang tidak sehat. Jadi, hubungan beracun tidak hanya untuk suami istri dan berpacaran. Hubungan ini hanya menguntungkan satu pihak, merugikan diri sendiri dan bisa merugikan orang lain (kalau kita sebagai pelaku),” ucapnya seperti dirangkum dari laman UGM.

Baca juga: Beasiswa S2 University of Cambridge 2022, Tunjangan Rp 351 Juta Per Tahun

Hal inilah yang membuat kasus kekerasan cukup banyak terjadi. Yayi menjelaskan bahwa Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap perempuan tahun 2019 menunjukkan bahwa terdapat 13.568 kasus kekerasan.

Bahkan, sebagian di antaranya, yaitu 2.073 kasus kekerasan terjadi dalam hubungan berpacaran.

“Dalam jurnal semiotika, ada yang mengklasifikasi pola hubungan beracun. Pertama, secure attachment. Jadi merasa tidak nyaman jika tidak ada dia. Kedua, cemas ambivalen. Hubungan beracun berada di antara perasaan senang dan takut. Seharusnya tidak ada perasaan takut kalau berada di dekat orang yang dicintai, namun hanya ada perasaan nyaman. Ketiga, cemas menghindar. Ini adalah hubungan yang sebenarnya kita ingin menghindar tetapi merasa tidak enak karena mungkin terus dicari,” ujarnya.

Cara mengatasi dan mencegah hubungan beracun

Yayi menjelaskan bahwa hubungan beracun dapat mengakibatkan cemas dan stres, mempunyai masalah kepercayaan, kesehatan mental yang terganggu, gangguan dalam kehidupan sehari-hari, serta trauma, tidak nyaman dan tidak aman (insecure).

Baca juga: Beasiswa S2 Stanford University 2022, Kuliah Gratis dan Biaya Hidup

Untuk itu, Yayi menyampaikan cara mengatasi dan mencegah agar kita tidak terjebak dalam hubungan beracun, yaitu dengan berbicara.

Pertama, kata dia, adalah berbicara secara efektif. Artinya, pastikan lawan bicara mengerti pesan yang disampaikan.

Kedua, lakukan secara asertif. Asertif berarti rasional, menyatakan secara langsung yang diinginkan, menghargai dan memahami orang lain.

“Asertif artinya tegas, berterus terang dan kalau bisa secara definitif diucapkan. Misalnya mengucapkan kalau kita tidak suka dibatasi untuk bermain dengan orang lain," Yayi mencontohkan.

Kalau sudah berbicara namun sikap beracun masih saja terjadi, sebaiknya berpikir panjang untuk tetap menjalin hubungan dengan orang tersebut terutama jika ingin melanjutkan hubungan ke pernikahan.

"Dalam psikologi pola perilaku, perulangannya ada sehingga harus dipikirkan kembali," sarannya.

Baca juga: BUMN Bank Mandiri Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA, D3, S1-S2

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com