Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2021, 17:15 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pengamat budaya dari Institusi Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Prof. Een Herdiani menyatakan beberapa progam yang dilakukan Kemendikbud Ristek belum mengena bagi pelaku seni dan budaya.

Terlebih kegiatan nasional seperti Pekan Kebudayaan Nasional (PKN). "Sebetulnya PKN itu belum merupakan solusi bagi kesulitan seniman yang terdampat pandemi, akan tetapi masih merupakan kegiatan rutin," ungkap pengamat seni dan budaya ini melalui rilis resmi (15/9/2021).

Menurutnya, kegiatan PKN yang sudah berlangsung sebelum masa pandemi masih bersifat pemberian ruang apresiasi agar seniman terus berkarya.

Kemendikbud Ristek memang mempunyai program kegiatan kebudayaan setiap tahunnya, yaitu Pekan Kebudyaaan Nasional. PKN sudah berlangsung sejak tahun 2019 sebelum masa Pandemi.

Berbagai kegiatan kebudayaan dan seni ditampilkan dalam PKN, namun sejak pandemi Covid-19 kegiatan tersebut digelar secara virtual. PKN 2021 ini mengangkat tema Cerlang Nusantara Pandu Masa Depan. PKN Tahun 2021 mengangkat tiga sektor kearifan lokal sebagai akar ketahanan budaya, yaitu Sandang, Pangan, dan Papan.

Sementara program yang diperuntukan bagi seniman yang terdampak pandemi, ada yang disebut kegiatan Budaya Saya, di mana beberapa karya seniman diambil videonya untuk ditayangkan di platform Youtube secara simultan.

Prof. Een juga memberikan masukan terkait bantuan yang dikucurkan kepada seniman. Prof. Een menilai, besar bantuan seniman terdampak ini, yakni antara Rp 10 juta sampai Rp 20 juta per-kelompoknya, baru mampu menjangkau sebagian kecil saja dari jumlah seniman secara keseluruhan yang ada di Indonesia.

Baca juga: 6 Program Prioritas Ditjen Kebudayaan di 2021

"Program lainnya juga ada, yakni melalui sistem pendataan (digital) seniman diberi bantuan juga secara perseorangan, dengan besaran berkisar tiga jutaan per orang," ujarnya.

Namun dalam proses pendataan tersebut memiliki kendala tersendiri karena seniman di daerah kurang akrab dengan pendataan mandiri melalui formulir digital. Pada akhirnya itu yang menimbulkan masalah tersendiri.

Ditambah lagi, lanjut Prof. Een, dinas yang bertanggung jawab dalam hal kebudayaan sangat kekurangan data tentang seniman yang ada di wilayah kerjanya, sehingga kendala pendataan mandiri digital tersebut belum berjalan efektif.

"Untuk PKN tentu berpengaruh pada kegairahan seniman dalam berkarya tetapi masih dalam skala kecil bisa saja ada pengaruhnya. Namun demikian, lagi-lagi mekanisme penunjukan seniman yang tampil dalam PKN sistem kurasinya kurang begitu transparan," jelasnya.

Hal ini, tambah Prof. Een, membuat gaung PKN masih belum dirasakan oleh seniman-seniman terutama yang ada di daerah. Jadi nampaknya, Kemendikbud Ristek masih terus memiliki pekerjaan rumah untuk meraih seniman di daerah.

Menurut Prof. Een, program yang cukup menarik itu salah satunya adalah program Gerakan Seniman Mengajar di Sekolah (GSMS) dan Belajar Bersama Maestro (BBM) yang ia nilai program ini cukup signifikan dalam memberikan dampak.

"Di samping memotivasi seniman dalam kegiatan pewarisan bagi generasi penerus, juga yg tak kalah pentingnya adalah pemberdayaan seniman itu sendiri di daerah-daerah," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com