Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ada Bullying di Lingkungan Kerja, Ini Kata Dosen UMM

Kompas.com - 10/09/2021, 13:23 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tindak perundungan atau yang sering disebut bullying tidak hanya terjadi di sekolah saja, perundungan juga sering terjadi di lingkungan kerja.

Terbaru, kasus perundungan terjadi di kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Hal ini terkuak melalui twitter korban yang berinisial MS pada beberapa waktu yang lalu.

Melihat fenomena ini, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Diana Savitri Hidayati mengatakan bahwa kasus perundungan sering terjadi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan kerja.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Ada 3 Dosa di Sekolah yang Tidak Boleh Ditoleransi

Dalam prosesnya, ada tiga pihak yang terlibat, yaitu pelaku, korban, dan penonton. “Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan perundungan, namun yang pasti hal itu dapat terjadi karena kondisi yang memungkinkan,” ungkap dosen kelahiran Surabaya itu dilansir dari laman UMM.

Lebih lanjut, Didi sapaan akrabnya, membedah beberapa penyebab seseorang menjadi pelaku maupun korban dari tindak perundungan. Dari sisi pelaku, biasanya ia merasa dominan dan berhak untuk mengintimidasi pihak lain yang terlihat lemah atau tidak akan melawan.

Pola asuh dan lingkungan yang salah juga dapat menyebabkan seseorang memiliki sifat demikian.

Dalam kasus perundungan di kantor KPI, tingkat perkembangan usia para pihak yang terlibat adalah dewasa madya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku dari kecil sudah biasa melakukan perundungan dan hal itu berlanjut hingga ke lingkungan kerja.

“Kalau dari sisi korban, biasanya korban memiliki kepribadian yang lemah. Hal ini dapat berupa konsep diri yang negatif seperti selalu merasa dirinya salah atau merasa dirinya sudah biasa untuk dikalahkan. Hal ini dapat terbentuk dari pola asuh yang salah pula dari keluarga serta kritik yang tidak membangun,” ujarnya.

Baca juga: Universitas Brawijaya Buka Layanan bagi Korban Kekerasan Seksual dan Bullying

Dijelaskan Didi, perundungan akan berdampak negatif pada kesehatan mental korban. Dampak terburuk yang dapat menimpa korban adalah gangguan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) hingga keinginan bunuh diri.

Didi mengatakan ada dua hal yang mungkin terjadi ketika seseorang mengalami perundungan. Pertama, korban akan menyikapi perundungan tersebut dengan cara positif yaitu berani melawan baik secara fisik maupun secara hukum. Sementara yang kedua adalah korban mungkin akan menyikapi perundungan tersebut secara negatif sehingga tidak berani melawan.

“Saya melihat dalam kasus KPI, MSA dapat menyikapi perundungan tersebut secara positif karena bisa berjuang dan melawan pelaku melalui berbagai cara. Butuh keberanian besar untuk mengungkapkan kejadian tersebut di sosial media. Namun MSA mengalami gangguan PTSD karena perundungan telah terjadi selama bertahun-tahun. Ditambah lagi berbagai cara yang ia lakukan untuk melawan balik berakhir gagal,” ujar Didi.

Didi mengatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi maupun mengatasi sebuah perundungan. Pertama, mencari dukungan sosial jika terjadi tindakan-tindakan tidak menyenangkan di sekolah maupun kantor.

Kedua, selektif dalam mencari teman karena lingkungan pertemanan akan berpengaruh pada perilaku maupun pola pikir seseorang. Ketiga, mampu membedakan ranah pekerjaan dan pertemanan sehingga dapat mengetahui lebih awal jika dirinya sedang dirundung.

“Perundungan biasanya terjadi secara bertahap mulai dari yang ringan seperi disuruh membelikan makanan sampai ke tahap kekerasan dan pelecehan seksual. Korban pada awalnya juga tidak menyadari bahwa dirinya sedang dirundung," Ujarnya.

Baca juga: Susah Lepas dari Toxic Relationship? Ini Solusi Psikolog UB

Hal ini terjadi karena sistem senioritas masih berlaku di Indonesia, sehingga korban merasa lazim ketika diperlakukan sebagai junior dan disuruh-suruh.

"Oleh karenanya, dukungan sosial serta membedakan ranah pekerjaan dan pertemanan menjadi poin penting untuk mengetahui lebih dini ketika perundungan ringan terjadi,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com