Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Unpad Kupas Penyebab dan Cara Mencegah Burnout

Kompas.com - 21/08/2021, 13:38 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi yang berkepanjangan ini membuat masyarakat semakin jenuh di rumah terus. Meski demikian, di rumah adalah cara terbaik agar terhidar dari Covid-19.

Tetapi, rasa jenus itu membuat seseorang rentan mengalami “burnout”. Jika tidak dicegah, ”burnout” dapat mengganggu kualitas hidup hingga menurunkan produktivitas bekerja.

Menurut Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Unpad) Iceu Amira DA, S.Sos., S.Kep., Ners., M.Kes., “burnout” adalah sindrom psikologis yang disebabkan adanya rasa kelelahan yang luar biasa, baik secara fisik, mental, maupun emosional.

Baca juga: Akademisi UGM: Begini Memilih Skincare yang Tepat di Masa Pandemi

Adapun dampaknya, seseorang dapat kehilangan minat dan motivasi. Untuk itu, seseorang harus bisa menghindari sindrom tersebut.

"Kalau kelelahan secara fisik saja dengan istirahat bisa selesai. Kalau kelelahan emosional, dengan istirahat saja belum tentu selesai. Maka harus ada intervensinya," ujar Iceu seperti dikutip dari laman Unpad.

Dikatakan, “burnout” dapat mengurangi produktivitas dan menguras energi sehingga membuat seseorang merasa tidak berdaya, putus asa, lemah, dan cepat marah.

"Jika mengalami dalam waktu yang lama, akan berdampak pada kehidupan sosial terutama pekerjaannya," imbuh Iceu.

Untuk mencegahnya atau cara mencegah burnout yakni ditekankan pentingnya menjaga keseimbangan hidup. Butuh pengelolaan waktu yang baik kapan harus bekerja dan mengerjakan hal lainnya. Selain itu, kemampuan mengelola stres pun menjadi penting.

Tak hanya itu saja, seseorang juga harus bisa mengubah gaya hidup, atur olah raga, atur pola makan akan, mengelola stres.

Baca juga: Akademisi UGM: Perkerasan Jalan Aspal atau Beton Perlu Pertimbangan Matang

"Dengan demikian kita bisa mengurangi terjadinya ‘burnout’. Karena jika terjadi secara berlebihan, mengembalikan ke awal itu sulit," tuturnya.

Bisa terjadi siapa saja

Sementara dosen Unpad lain, Indra Maulana S.Kp., Ners., M.M., menuturkan, “burnout” biasanya terjadi akibat pekerjaan yang menumpuk dan terlalu berat. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, bukan hanya dari kalangan pekerja.

Menurutnya, ibu rumah tangga juga rentan mengalami “burnout” di masa pandemi ini karena menghadapi banyak pekerjaan rumah, ditambah dengan tugas menemani anak sekolah daring.

Terlebih tenaga medis juga rentan mengalami “burnout” karena harus menghadapi banyaknya pasien akibat pandemi.

Begitu juga dengan pekerja lainnya yang harus menghadapi banyak pekerjaan terlebih dengan situasi keterbatasan di tengah pandemi.

"Kita harus kelola waktu supaya tidak terjadinya stres yang berkepanjangan karena pekerjaan yang menumpuk," kata Indra.

Selain terjadi gangguan psikologis, Indra mengatakan bahwa “burnout” juga dapat mengakibatkan gangguan fisik, seperti sakit pada lambung dan imunitas menurun.

Dosen Unpad lainnya, Titin Suntini, S.Kep., Ners., M.Kep mengatakan pentingnya meluangkan waktu (me time) dengan berbagai aktivitas untuk menyegarkan otak. Hal ini untuk menghindari kejenuhan yang dapat berujung pada kondisi “burnout”.

Baca juga: Akademisi MIPA UNY: Cara Keramas yang Benar Hindari Rambut Rusak

"Kalau sudah jenuh, me time. Ambil waktu me time kita yang kayak gimana. Setiap orang berbeda-beda," jelasnya.

Selain itu, perlunya mencari dukungan dari orang lain agar bisa terus berpikir positif. Perilaku juga harus dijaga agar tetap positif, serta didukung oleh aktivitas spiritual.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com