Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadiem: Upaya Terpenting Saat Ini Mengembalikan Anak ke Sekolah

Kompas.com - 20/08/2021, 18:23 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengungkap, saat ini ada dua fokus utama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Ia mengatakan, upaya pertama adalah segera mengembalikan anak untuk kembali belajar secara tatap muka dengan aman untuk mengurangi learning loss dan dampak pemanen pada psikologi anak.

“Upaya terpenting sekarang adalah mengembalikan anak ke sekolah untuk meminimalisir learning loss dan dampak psikologis anak yang bisa berdampak permanen. Harus segera kita lakukan seaman mungkin dan secepat mungkin, dan dengan mengedepankan kehati-hatian,” jelas Mendikbudristek dalam diskusi daring Indonesia Tangguh dengan SDM Unggul, seperti dirangkum dari laman Kemendikbud Ristek, Jumat (20/8/2021).

Baca juga: Kemendikbud Ristek: Sekolah di Wilayah PPKM Level 1-3 Boleh Tatap Muka Terbatas

Nadiem menjelaskan, tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berkepanjangan berdampak pada menurunnya motivasi belajar dan kondisi psikologis anak.

Ancaman learning loss serta kesepian dan kekerasan pada anak akibat pandemi, jelas dia, terjadi di seluruh dunia. Hal ini menjadi alasan mendasar untuk segera menyelenggarakan kegiatan pembelajaran tatap muka secara terbatas pada wilayah yang diperbolehkan.

Sejak tahun lalu, Kemendikbud Ristek juga telah mengeluarkan kurikulum darurat yang kini semakin banyak digunakan sekolah-sekolah. Menurut Nadiem, kurikulum darurat ini merupakan adaptasi dari kurikulum yang ada yang berfokus pada pencapaian kompetensi dasar.

Penyederhanaan kurikulum ini juga merupakan program yang direncanakan kementerian, yang dipercepat dengan terjadinya pandemi.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Ada 3 Dosa di Sekolah yang Tidak Boleh Ditoleransi

Dengan penyederhanaan capaian pembelajaran, diharapkan guru-guru tidak lagi kejar tayang semua materi dan informasi, tetapi lebih fokus meningkatkan kompetensi yang paling mendasar.

“Yang terpenting dalam mengejar ketertinggalan ini adalah kebebasan dalam pelaksanaan kurikulum bagi para guru. Karena yang terpenting bukan keseragaman, tetapi optimalisasi agar semua anak belajar, di kecepatannya sendiri-sendiri,” tambah Nadiem.

Pandemi juga telah mempercepat adaptasi terhadap sistem dan teknologi digital karena sebagian besar pembelajaran dilakukan secara jarak jauh sehingga para guru dan murid terpacu untuk menguasai teknologi.

Dengan demikian, diharapkan digitalisasi sekolah dapat lebih cepat terwujud. Di mana salah satu tujuannya adalah mempermudah akses pada materi belajar yang lebih variatif yang bisa membuat pembelajaran lebih menarik dan lebih dinamis.

“Kita harus bisa mengubah tantangan ini menjadi kesempatan, di mana murid dan guru bisa belajar dari sumber manapun. Untuk itu, digitalisasi sekolah menjadi salah satu program terpenting kita, baik penyediaan TIK-nya, maupun pembuatan platform-platform digital gratis untuk guru dan siswa kita,” ungkap Nadiem.

Dalam jangka pendek, target terbesar Kemendikbud Ristek adalah mengubah sekolah-sekolah menjadi lebih gesit dalam merespons perubahan yang diakselerasi pandemi.

“Pekerjaan rumah besar kita adalah menciptakan suatu proses pembelajaran yang inovatif. Itu bukan hanya pekerjaan rumah Kemendikbud Ristek, tetapi seluruh masyarakat, termasuk orang tua, pemerintah daerah, dan terutama para guru di sekolah kita,” imbuhnya.
Kemendikbud Ristek juga mendukung upaya pemulihan kondisi pembelajaran yang terdampak pandemi, salah satunya melalui program Kampus Mengajar.

Pemerintah menghadirkan puluhan ribu mahasiswa yang bergerak membantu sekolah-sekolah di daerah yang paling membutuhkan. Para relawan ini bertugas membantu para guru dalam meningkatkan kompetensi dasar literasi dan numerasi serta pendidikan karakter siswa.

Baca juga: Dana Bos 2021, Sekolah Dilarang Menggunakan untuk Hal-hal Ini

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com