Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua, Pahami Beda Pendek dan Gagal Tumbuh pada Anak Usia Dini

Kompas.com - 18/08/2021, 20:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orangtua bahkan guru tidak benar-benar memahami apa bedanya stunted (pendek) dan stunting (gagal tumbuh) pada perkembangan anak-anak.

Stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun stunting dan pendek adalah kondisi kesehatan berbeda, sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Singkatnya, stunted adalah pendek namun pendek belum tentu stunting.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.

Baca juga: Cara Memilih Mainan Anak PAUD untuk Dorong Perkembangan Motorik

Kekurangan gizi sejak dalam kandungan mengakibatkan pertumbuhan otak dan organ lain terganggu, yang mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Pertumbuhan otak yang tak maksimal juga menyulitkan anak bertanggung jawab atas hidupnya sendiri kelak.

Sementara, anak dengan tubuh yang pendek (short stature) belum tentu mengalami gagal tumbuh. Anak bertubuh pendek mengalami pertumbuhan fisik dan mental normal layaknya anak lain.

Namun, tinggi badannya kurang dari rata-rata anak sesuainya sehingga terlihat mencolok. Anak dengan tubuh pendek tak mengalami peningkatan risiko mengalami penyakit degeneratif atau penurunan fungsi otak. Seiring waktu, anak yang bertubuh pendek bisa menyusul tinggi teman-temannya.

Di Indonesia, saat ini masih menghadapi permasalahan stunting yang membahayakan kehidupan anak. Sekitar empat dari 10 anak saat ini diperkirakan mengalami stunting, yang berpotensi merugikan negara secara finansial dan non materi. Stunting bisa dicegah bila orangtua menyadari pentingnya asupan gizi, serta merencanakan kehamilan dan pernikahan.

Karena itu, orangtua dan guru wajib memperhatikan bedanya stunted dan stunting, termasuk pencegahan dan penanganan ke depan. Karena, ada banyak dampak yang terjadi pada perkembangan anak.

Baca juga: Ingin Anak Gemar Matematika? Kenalkan Konsep, Tak Sekadar Rumus

Sebetulnya, apa beda keduanya? Kalau stunting dan stunted memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun stunting dan stunted adalah kondisi kesehatan berbeda, sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Lebih jelas, kondisi stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting. 

"Stunted (pendek) itu yang diukur, di Indonesia masih menggunakan stunted. Sedangkan yang namanya stunting itu ada ikutan-ikutannya, ada sebab akibatnya maka dikatakan stunting dan bisa dikoreksi dalam 1000 hari kehidupan pertama karena potential growth tercipta di 1000 hari kehidupan pertama," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Hasto Wardoyo dilansir dari laman anggunpaud.

Stunting sendiri adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak balita akibat dari kekurangan gizi saat mereka dalam kandungan hingga dilahirkan kedunia, tetapi kondisi stunting terlihat setelah bayi berusia 2 Tahun.

Adapun definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3.00 SD (severely stunted).

Sedangkan balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severaly stunted) adalah balita dengan Panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya kurang di banding dengan standar baku WHO multicentre growth reference study tahun 2006. 

“Di Posyandu sekarang hanya mengukur pertumbuhan panjang dan berat tanpa mengukur perkembangan sebagai pendekat," tambahnya. Ia mengatakan apabila di kaji lebih ilmiah ukuran di Indonesia itu berbeda dengan standar Internasional, seperti stunted di Indonesia kurang dari 2 standar deviasi.

Baca juga: Lewat Komik Ini, Anak Bisa Belajar Sains Lebih Seru di Rumah

Pengukuran tinggi badan, juga melihat perkembangan umur, seperti baru lahir tinggi badan kurang dari 48cm ini potensi stunting, potensi otak tidak bertumbuh baik, fisik tidak bertumbuh baik. Jika tidak dikoreksi dalam 1000 HPK.

Maka anak-anak saat nanti menuju hari tuanya bisa menjadi pendek, berisiko penyakit cardiovaskuler, stroke dan diabetes. Memahami stunting, arahnya mencegah stunting itu mencegah agar tidak cerdas, agar tidak pendek dan hari tua tidak terkena penyakit kronis.

Pendek dan stunting bisa dibedakan dengan memperhatikan kondisi keluarganya. Anak dengan tubuh pendek biasanya terlahir dari orangtua yang tidak terlalu tinggi. Hal berbeda biasanya dijumpai pada anak stunting yang terus mengalami keterlambatan tumbuh.

Ia juga menjelaskan, anak stunting biasanya tumbuh lebih lambat sekitar 4 sentimeter tiap tahun di masa pra pubertas. Anak stunting juga mengalami keterlambatan masa puber yang biasanya di usia 15 tahun.

Baca juga: Ajak Anak Belajar Mengenal Bagian Tubuh di Komik Cookie Run Science

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com