Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koordinator Edukasi dan Literasi FSK: Waspadai Titik Lengah Upacara Adat

Kompas.com - 14/08/2021, 17:19 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com -  (Forum SK) Dinny Jusuf, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai titik lengah penyebaran Covid-19 di tengah kerumunan upacara adat.

Dinny Jusuf yang juga Founder Toraja Melo menyebut, masyarakat setempat di Tana Toraja masih suka berkerumun, termasuk masih suka mengadakan upacara adat.

Salah satunya, sebut Dinny, upacara kematian yang setiap tahun dilakukan setelah panen, tepatnya pada bulan Juli-Agustus. Walau pandemi mereka tetap nekat gelar upacara adat.

Padahal dengan wabah Covid-19 ini seharusnya upacara tak diadakan untuk menghindari kerumunan. Tapi masyarakat setempat seolah tak peduli.

Mereka masih berduyun-duyun ke tempat upacara untuk menyaksikan sekaligus melakukan ritual lain, seperti memotong kerbau. Dinny berujar, ketika ada anggota masyarakat tak mendatangi upacara adat, mereka bisa dikucilkan. 

Dinny tak menampik jika upacara adat di sana bisa menimbulkan klaster baru. Tadinya kampung yang ditinggalinya ini steril. Sekarang dengan adanya transmisi Covid-19, mulai ada yang meninggal dunia.

Baca juga: Sekolah di Wilayah PPKM Level 4 Tidak Boleh Jalani PTM Terbatas

Melawan abai dan stigma sosial

Dinny menilai selama PPKM Level 4 berlangsung sejak 3 Juli 2021, telah membawa dampak baik bagi laju kasus Covid-19 di Pulau Jawa. Tapi tidak ada pengaruhnya sama sekali di luar Pulau Jawa.

"PPKM di Jawa beres, tapi di kampung kita celaka. Dalam hal penularan, juga fasilitasnya," ungkapnya.

Dia juga mencontohkan, kalau kasus naik 10 ribu sehari di Jawa, ada rumah sakit memadai. "Kalau di Toraja, di sini Puskesmas enggak siap kalau ada lonjakan kasus," lanjutnya.

Sangat disayangkan juga, tambah Dinny, tingkat kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan hampir tidak ada. Mereka masih abai protokol kesehatan.

"Di rumah saya orang lewat enggak ada pakai masker. Di sini kena Covid-19 dapat stigma, kalau isoman juga," tuturnya.

Begitu juga dengan pendatang masih sering dianggap pembawa penyakit. "Saya saja pernah pulang ke Toraja, disemprot air disinfektan," ungkapnya.

Belum lagi soal vaksinasi, banyak masyarakat Tana Toraja masih enggan disuntik vaksin Covid-19. Dinny mengungkapkan mereka mudah percaya hoaks yang beredar.

"Masyarakat juga sering baca di hp dan percaya hoaks, jadi mereka gak mau divaksin," lanjut dia. Selain itu, akses untuk dapat vaksin masih sangat terbatas. Tidak seperti di Pulau Jawa.

"Vaksinasi ada untuk pejabat2 dan nakes. Bukan soal stok enggak ada, tapi vaksin tak didistribusikan sampai ke sini, di desa-desa" katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com